Page 87 - Toponim Magelang_Final
P. 87
74 Toponim Kota Magelang
diabadikan menjadi tetenger kampung. Muncul tafsir sejarah lainnya yang logis
bahwa sebutan “botton” berasal dari rumah atau bangunan bata periode kolonial. Bagi
masyarakat lokal, bangunan berbahan batu bata terbilang istimewa kala itu mengingat
mayoritas penduduk memakai rumah tradisional dari kayu dan anyaman bambu atau
gedhek. Karena kenyataan rumah yang dianggap istimewa ini, warga Magelang menamai
lokasi rumah itu dengan sebutan “botton”.
Tafsir sejarah di atas diperkuat dengan kesaksian seorang warga keturunan Belanda,
yakni Yvone Sonja Ten Hoor-Heints yang lahir di Kampung Botton. Kala itu, Yvone
kecil tinggal di sebuah rumah gedhek dengan oma-nya di Botton. Masih segar dalam
ingatan bahwa dulu di sekitar rumahnya ada pohon jeruk nipis, banyak tanaman, juga
sungai kecil, dan tangga. Daerah sekitar itu terdapat pula rumah-rumah Belanda,
36
irigasi, sekolah, makam, dan bangunan penampungan air raksasa watertoren. Watertoren
ialah kompor raksasa berisi pipa-pipa besar yang dipakai menyuplai air di seluruh Kota
Magelang. Bangunan itu dibangun Thomas Karsten tahun 1916 dan mulai beroperasi
tahun 1920.
Fakta lain yang menguatkan tafsir, yakni dari pendekatan tata ruang Kota Magelang
bahwa Kampung Botton berdekatan dengan kompleks eks Karesidenan Kedu, Museum
Bumiputera 1912, dan Gedung Pemerintah Kabupaten Magelang Dinas kependudukan
dan Catatan Sipil yang menempati bekas gedung Kweekschoolvoor. Kweekschool
sendiri merupakan sekolah pendidikan guru berdiri tahun 1875 yang semula berada
di Surakarta, lantas digeser ke Magelang. Lazim di area pusat pemerintahan kotapraja,
banyak dijumpai bangunan loji dari batu bata yang kokoh dan khas. Sekali lagi,
mengingat era itu perumahan pribumi Magelang hanya berupa anyaman bambu dan
papan kayu, ratusan rumah berbatu bata ini dinilai mewah.
Ingatan tentang Kampung Botton kian membenak, karena Botton dikenal sebagai pusat
edukasi di Kotapraja Magelang. Banyak berdiri aneka gedung sekolah di situ. Tak hanya
itu, Botton populer sebagai pusat pemukiman bangsa Eropa berjejer di sepanjang Jalan
Botton. Hunian orang Eropa identik dengan tembok loji megah. Disebutkan bahwa
36 Ika Fitriana. “Saya Hanya Keturunan Belanda, Mengapa Saya Diusir dari Tanah Kelahiran Indonesia
?”, dalam Kompas 9 Februari 2018.