Page 92 - Toponim Magelang_Final
P. 92

Toponim Kota Magelang     79












                      3. Botton Kopeng


                      Merujuk tradisi lisan, Kampung Botton Kopeng di masa lalu merupakan bagian dari
                      perkebunan kopi milik raja Paku Buwana sebelum Perjanjian Giyanti tahun 1755 yang
                      membagi kekuasaan  Keraton Kasunanan  Surakarta dengan Kasultanan Yogyakarta.
                      Masyarakat masih menemukan sisa-sisa perkebunan kopi, yakni di sebelah  utara
                      Kampung Botton Tegal. Nama Botton Kopeng mengarah pada suatu bangunan dari
                      batu-bata yang difungsikan untuk gudang kopi. Logis bila kompleks perkebunan
                      memerlukan gudang untuk menyimpan kopi selepas dipanen, sebab tidak mungkin
                      langsung dilempar ke pasaran. Terlebih dahulu kopi dirapikan dan ditimbang.

                      Semula perkebunan kopi di tanam di pekarangan yang dikenal dengan nama pagerkoffic
                      atau pakopen atau di kebun-kebun lingkungan desa. Pedesaan Magelang ramah untuk
                      budidaya  tumbuhan  kopi. Thomas  Raffles menuliskan, tanaman  kopi yang  dibawa
                      oleh pemerintah Belanda  permulaan  abad XVIII, menjadi  salah  satu tanaman  yang
                      dimonopoli Belanda. Mulai dari penanaman, perawatan sampai pengangkutan hasil ke
                      gudang pemerintah dilakukan oleh penduduk atas paksaan dan tekanan serta berbagai
                      tindak kekerasan lain oleh para mandor yang diupahkan pemerintah. Sebelum tahun
                      1808, perkebunan kopi hanya ada di Distrik Sunda. Hanya ada beberapa kebun di
                      wilayah timur, dengan produksi tidak mencapai sepersepuluh bagian yang ada. Namun,
                      di bawah pemerintahan  Marshal  Daendels, tanaman  ini tumbuh di berbagai lahan,
                      dan semua perkebunan hanya difokuskan pada kopi tanpa kecuali. Akhirnya, hampir
                      seluruh propinsi di Jawa dipenuhi kebun kopi. 42


                      Ada penjelasan lain, kopi dibawa VOC dari Malabar India ke Jawa di pengujung abad
                      XVII. Kompeni mengelola  tanaman  kopi di Kedawung, sebuah  perkebunan  dekat
                      Batavia. Sayangnya, usaha ini gagal gara-gara gempa dan banjir. Tahun 1699 didatangkan
                      stek pohon kopi dari Malabar. Pada 1706 sampel kopi dari Jawa dikirim ke Belanda
                      untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Upaya ini menuai sukses, kopi yang dihasilkan
                      mempunyai kualitas bagus. Lantas, dijadikan bibit bagi pakopen yang dikembangkan
                                       43
                      di Hindia Belanda.  Selepas Indonesia merdeka, perkebunan kopi milik Belanda di
                      Indonesia dinasionalisasi.

                      42  Periksa Thomas Stamford Raffles. The History of Java. (Yogyakarta: Narasi, 2008). hlm 82.

                      43  Lihat James J Spillane. Komoditi Kopi: Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. (Yogyakarta:
                      Kanisius, 1990). hlm. 18.
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97