Page 94 - Toponim Magelang_Final
P. 94
Toponim Kota Magelang 81
4. Meteseh Krajan
Dalam konteks ruang dan waktu, Kampung Meteseh Krajan bisa dibilang sebagai
area hunian berumur tua di telatah Magelang. Kenyataan ini didasari oleh keterangan
yang terpacak dalam prasasti batu maupun prasasti tembaga yang dibuat pada abad
IX atau X Masehi. Dalam data arkeologis seperti Prasasti Mantyasih, Poh dan Gilikan
mencantumkan beberapa nama desa kuno, antara lain menyebutkan adanya nama
Desa Mantyasih. Seiring perjalanan waktu, nama desa tersebut dilafalkan penduduk
lokal menjadi Meteseh. Sedangkan nama “krajan” mengacu pada ruang yang bertemali
dengan pusat pemerintahan kerajaan, kabupaten, atau pusat administrasi yang lebih
rendah. Sebagai satu kesatuan hukum masyarakat yang terbentuk sedari periode Hindu-
Buddha, struktur pemerintahan kampung beserta hak adat yang melekat sudah berjalan
dan berfungsi efektif sejak lama.
Informasi perihal toponim kampung di atas tidaklah tunggal. Sebab, di tengah masyarakat
terdapat versi lain yang menyebutkan bahwa kata “Meteseh” adalah perubahan dari
istilah Belanda, yaitu Mooi Uitzicht. Terminologi ini memuat arti: pemandangan yang
bagus. Ditinjau dari aspek geospasial, letak kampung tersebut berada di sisi Kali Progo
dengan pemandangan yang indah ke Gunung Sumbing dan Perbukitan Giyanti yang
kemudian menarik minat pelancong untuk datang. Lantas, warga lokal menirukannya
sesuai lidah orang Jawa menjadi Meteseh.
Tahun 1935, ada majalah yang mengekspos keunikan dan keindahan Magelang sebagai
daerah wisata. Majalah ini disusun untuk pada pendatang dan turis asing yang ingin
berkunjung atau mengetahui sejarah Magelang lebih dekat. Majalah itu bernama
45
Wetenswaardigheden van Magelang yang dianggit dan diterbitkan oleh H.J. Sjouke.
Potensi alam Magelang yang indah dan tingginya minat pelancong menyebabkan orang-
46
orang Eropa di Magelang mendirikan Toerist Association of Magelang tahun 1926.
Selain di Magelang, dalam lingkup Jawa Tengah Kampung Meteseh ditemukan juga di
45 Tedy Harnawan. Di Bawah Bayang-bayang Modernitas: Orang-orang Indo di Kota Magelang 1906-
1943. Skripsi. (Jurusan Sejarah, FIB, UGM Yogyakarta, 2013). hlm. 30.
46 H. Khoyat. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. (Jakarta: Grasindo, 1996). hlm.
49.