Page 54 - Stabilitas Edisi 199 Tahun 2023
P. 54

tinggi dari inklusinya. Literasi asuransi
                                                                               tercatat sebesar 31 persen, sementara
                                                                               inklusinya masih 16 persen. Bahkan
                                                                               untuk dana pensiun (dapen) inklusinya
                                                                               lebih rendah yaitu 5,4 persen.
                                                                                  Sementara itu, penetrasi asuransi
                                                                               di Indonesia disebut hanya sekitar 2,3
                                                                               persen saja dari Pendapatan Domestik
                                                                               Bruto (PDB) Indonesia. Angka ini
                                                                               jauh lebih kecil dari pada Singapura
                                                                               yang mencatatkan penetrasi asuransi
                                                                               12 persen. Padahal, negara maju
                                                                               menunjukkan penetrasi asuransi yang
                                                                               tinggi. “Berarti masih ada potensi
                                                                               besar yang dapat digali. Jadi PR-nya
                                                                               bagaimana bisa luncurkan produk yang
                                                                               sesuai dengan kebutuhan pelanggan
                                                                               dan buat kebijakan yang mendukung
                                                                               regulasi,” ungkap Mirza.
                                                                                  Menurut Mirza, salah satu faktor
                                                                               banyaknya kasus yang terjadi di
                                                                               industri asuransi disebabkan rendahnya
                                                                               perlindungan konsumen. Dengan ini,
                                                                               OJK mendorong beberapa inisiatif untuk
                                                                               mengembangkan SDM, di antaranya,
                                                                               sertifikasi, training internal. “Perusahaan
                                                                               harus alokasikan sekian persen dari
                                                                               budget SDM untuk dipusatkan ke
                                                                               pelatihan. Karena sebelumnya kalau
                                                                               ditanya kenapa ga lakukan pelatihan,
                                                                               jawabnya karena tidak diatur. Kalau
                                                                               diatur ngapain juga buat pelatihan? Kok
                                                                               aneh juga ya ngapain diatur untuk didik
                       Saat ini industri                                       karyawannya sendiri,” tandasnya.
                      asuransi bersiap                                            OJK juga mendorong kompetensi
                    menerapkan IFRS-        & minimum capital industri asuransi   SDM asuransi dengan mewajibkan
                    17, sebuah standar      yang belum sematang perbankan,     hadirnya aktuaris dan investment analyst.
                   internasional untuk      reputasi asuransi masih kurang baik   Selain itu, OJK juga mengintegrasikan
                    industry keuangan       akibat preseden buruk sebelumnya, serta   data transaksi investasi di asuransi
                        terkait laporan     perlu diperkuatnya implementasi best   dengan pasar modal sehingga
                     usaha, yang akan       practice di industri asuransi dan dana   pengawasannya bisa diperketat.
                                                                                  Mirza pun berkomitmen untuk
                                            pensiun,”jelas dia.
                       berlaku Januari         Perihal tantangan berat itu, Wakil   menuntaskan program prioritas OJK
                                  2025      Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza   5 tahun ke depan, dimana OJK harus
                                            Adityaswara sepakat bahwa industri   membereskan perusahaan yang saat
                                            asuransi masih harus melalui jalan   ini belum sehat. Sejalan dengan ini,
                                            yang terjal. Industri ini disebutnya   Vice President Director IFG Heru
                                            masih berusaha bangkit setelah     Koesmahargyo mengatakan bahwa
                                            menghadapi berbagai persoalan dari   pihaknya melihat industri asuransi masih
                                            mulai permodalan hingga Sumber Daya   memiliki banyak potensi, termasuk
                                            Manusianya (SDM). Menurut data OJK,   di sektor digital dan syariah. “Potensi
                                            literasi terkait asuransi tercatat lebih   asuransi yang bertumpu pada syariah.


         54   Edisi 199 / 2023 / Th.XVIII    www.stabilitas.id
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59