Page 79 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 79
uah kopi robusta Renah Alai. Foto: Teguh Suprayitno/Mongabay Indonesia
pemukiman. Sedangkan tanah ajum, Para perempuan di Renah Alai wajib
yaitu kawasan sebagai penunjang menjaga hutan. “Dengan ada kebun kopi,
perekonomian masyarakat, untuk kebun, orang jadi sering ke kebun. Jadi secara
salah satunya kopi. tidak langsung mereka—perempuan—
ikut mengawasi para perambah masuk.”
Dalam tiga dekade terakhir, bisnis kopi
dan sayuran yang mulai menjanjikan Pemerintah Desa Renah Alai juga
justru mengancam hutan marga mengatur ketat warga yang ingin
Serampas. Banyak perambah mengincar membuka lahan. Dari luas wilayah desa
Hutan Adat Depati Seni Udo di Renah Alai sekitar 5.000 hektar, setiap keluarga
untuk jadi ladang sayur dan kebun kopi. dibatasi tidak lebih dari 10 hektar
untuk memastikan semua warga Renah
“Sudah empat kali Alai yang mencapai 1.227 jiwa bisa
kami nangkap pendatang yang mau mendapatkan lahan.
merambah hutan adat. Mereka mau
buka untuk kebun sayur,” kata Hasan. “Kalau bebas buka lahan, nanti kawan
yang lain tidak dapat bagian. Buka lahan
Para perambah itu didenda adat dengan harus digarap dan sesuai kemampuan,”
membayar satu kambing, 20 gantang— kata Hasan.
satu gantang setara 2,5 kg—beras, dan
uang Rp5 juta. Pada 2020, dia mengusulkan ke
Kementerian Lingkungan Hidup dan
“Alhamdulillah, sampai sekarang tidak Kehutanan (KLHK) agar 176 hektar dari
ada lagi yang masuk,” katanya. wilayah hukum adat Marga Serampas
Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim 79