Page 21 - Buku Panduan Kunker Kota Semarang 8-11 Maret 2021
P. 21

Pada  saat  ini  PKAKN  sedang  menyusun  kajian  dengan  tema  “Akuntabilitas
               Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)”. Kajian ini nantinya akan
               disampaikan  kepada  komisi  terkait  sebagai  bahan  pembahasan  komisi  bersama
               dengan mitra kerjanya guna mengoptimalkan fungsi pengawasan DPR RI terhadap
               pengelolaan keuangan negara khususnya pengelolaan anggaran perlindungan sosial.

               Untuk  mencapai  salah  satu  tujuan  negara  yang  diamanatkan  dalam  Pembukaan
               Undang-Undang  Dasar Negara  Republik  Indonesia Tahun  1945  (UUD 1945)  yaitu
               melindungi  segenap  bangsa  Indonesia  dan  memajukan  kesejahteraan  umum,  dan
               dalam Pasal 34 yang menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
               oleh negara, maka negara wajib mengembangkan sistem perlindungan dan jaminan
               sosial.  Dalam  hal  ini  Indonesia  telah  memiliki  beberapa  program  Bantuan  Sosial
               (Bansos) dan Jaminan Sosial (Jamsos) seperti PKH, Bansos Pangan, PBI-JK, dan
               lain-lain.
               Dalam  rangka  penyelenggaraan  jaminan  perlindungan  sosial,  Pemerintah  telah
               mengalokasikan anggaran perlindungan sosial. Dalam periode tahun 2016 sampai
               dengan  tahun  2021  anggaran  perlindungan  sosial  mengalami  tren  kenaikan,  dari
               sebesar Rp261,2 triliun pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp419,3 triliun pada tahun
               2021.

               Saat  ini  Indonesia  tengah  menghadapi  pandemi  Covid-19  yang  memiliki  dampak
               signifikan  terhadap  kesejahteraan  masyarakat,  dimana  terjadi  kenaikan  Tingkat
               Kemiskinan  pada  Maret  Tahun  2020  menjadi  9,78%  dari  9,22%  pada  September
               2019. Program bantuan sosial (bansos) menjadi sangat penting dan menjadi harapan
               rakyat Indonesia. Oleh karena itu, akurasi DTKS sangat diperlukan untuk mendukung
               keberhasilan  penyelenggaraan  berbagai  program  perlindungan  sosial  yang  telah
               dicanangkan  oleh  Pemerintah.  Namun,  faktanya  masih  ditemukan  berbagai
               permasalahan dalam pengelolaan DTKS, diantaranya yaitu terdapat penduduk yang
               seharusnya berhak menerima bantuan namun datanya tidak terdapat dalam DTKS
               serta  sebaliknya,  terdapat  penggunaan  DTKS  yang  belum  dapat  meminimalisasi
               permasalahan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang tidak terdistribusi, dan adanya
               Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang tidak bertransaksi pada penyaluran Bantuan
               Sosial Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
               Berdasarkan data kemiskinan, persentase tingkat kemiskinan Kota Semarang  jauh
               lebih baik dibanding rata-rata persentase tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Tengah
               maupun Nasional, bahkan terbaik di Provinsi Jawa Tengah. Namun, sejak adanya
               pandemi  Covid-19  pada  tahun  2020,  persentase  tingkat  penduduk  miskin  Kota
               Semarang  mengalami  peningkatan  sebesar  0,36%  dibanding  tahun  2019,  dari
               sebesar 3,98% pada tahun 2019 menjadi 4,34% pada tahun 2020.

               Kemudian,  berdasarkan  Dashboard  DTKS  per  Oktober  2020  pada  aplikasi  Sistem
               Informasi  Kesejahteraan  Sosial-Next  Generation  (SIKS-NG)  Kementerian  Sosial,
               diketahui  bahwa  Kota  Semarang  merupakan  salah  satu  daerah  yang  aktif  dalam
               melakukan perbaikan dan pemutakhiran data dan menduduki peringkat Terbaik Ke-3
               se-Jawa Tengah, dengan persentase perbaikan data mencapai 91%. Hal ini patut kita



                                                           21
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26