Page 20 - e-modul bab 4 PAI
P. 20
Sebagai manusia biasa, Nabi Muhammad SAW niscaya terikat
oleh aturan budaya dan hukum kemanusian dimana dan kapan dia
hidup, seperti cara berpakaian, jenis makanan yang dimakan, atau
yang lain. Namun sebagai pembawa wahyu, Nabi Muhammad SAW
tentu berusaha mempengaruhi atau bila perlu merubah budaya yang
tidak sejalan dengan ajaran Islam.
Berangkat dari dasar pemikiran di atas, para ahli hukum Islam
membuat rumusan kaidah hukum dengan memberikan porsi yang
besar terhadap budaya atau kebiasan-kebiasaan baik yang dilakukan
umat Islam. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut menjadi bagian dari
hukum Islam itu sendiri. al-Adatu Muhakkamah (tradisi/budaya bisa
menjadi dasar penetapan hukum) demikian rumusan kaidah hukum
tersebut. Namun harus diperhatikan bahwa kebiasaan yang berlaku
tidak boleh bertentangan dengan spirit (semangat) Islam yang
tertuang dalam al-Qur‟an dan hadis. Jika bertentangan, maka dengan
sendirinya kaidah ini tidak berlaku.
2. Menyandingkan hukum Islam dengan tradisi lokal
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Islam hadir di tengah-
tengah masyarakat Arab dengan semua kebiasan dan tradisi yang
telah berlaku sebelum datngnya Islam. Nabi Muhammad SAW
sebagai pembawa misi Islam pun diutus untuk memperbaiki apa yang
sudah ada menjadi lebih baik dan bukan menghapus yang sudah ada
kemudian menciptakan semuanya menjadi baru.
Fakta sejarah inilah yang mengilhami para pejuang Islam
generasi awal ketika menyebarkan Islam di Nusantara. Para Wali
Songo misalnya, mereka mendakwahkan Islam di tanah Jawa dengan
cara-cara yang begitu akomodatif dengan budaya Jawa. Mereka
mampu memadukan antara ajaran Islam dengan budaya dan tradisi
masyarakat Jawa yang sebelumnya sangat kental dengan pengaruh
Hindu dan Budha. Peninggalan-peninggalan mereka dalam bentuk
karya seni, arsitektur tempat ibadah, atau upacara sosial keagamaan
adalah bukti perpaduan tersebut. Karena itulah Islam di Jawa,
khususnya, dan Indonesia pada umumnya, dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat.
Prinsip yang selalu dipegang oleh Wali Songo dan penyebar
agama Islam lainnya bahwa agama Islam tidak anti terhadap budaya
lokal apabila budaya tersebut tidak bertentangan dengan tuntunan al-
Qur‟an dan hadis. Terkait dengan hal ini Rasul SAW memberikan
arahan:
17