Page 179 - BUKU GABUNGAN revisi 17.11.24_Neat
P. 179
Fisika Modern Terintegrasi Etnosains
11.3 Penutup
11.3.1 Kesimpulan
Teori atom Rutherford walaupun lebih baik dari model atom Thomson
karena ditunjang oleh hasil eksperimen, tidak dapat menjelaskan spektrum
cahaya yang dipancarkan oleh atom hidrogen. Berpindahnya elektron dari
lintasan tertentu ke lintasan yang lain menghasilkan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu yang harganya berada di
antara daerah infra merah dan ultra violet. Gelombang ini menghasilkan garis-
garis spektrum yang mengumpul dalam suatu deret spektrum. Deret spektrum
ini pertama kali ditemukan oleh J.J. Balmer (1885) ketika ia mempelajari bagian
tampak dari spektrum hidrogen. Spektrum ini terlihat pada daerah cahaya
tampak yang dapat dengan jelas teramati. Dari pengamatan ternyata garis-garis
menjadi makin rapat dan akhirnya terkumpul bersama-sama pada batas
deretan garis-garis tersebut. Garis spektrum yang terjadi pada deret Balmer
dengan panjang gelombang terbesar 656,3 nm (H) berwarna merah, di
sebelahnya dengan panjang gelombang 486,3 m (H) berwarna biru, panjang
gelombang 434,1 nm (H) berwarna ungu, dan panjang gelombang 354,6 nm
(H) berwarna ultra ungu. Di luar batas itu tidak terdapat lagi garis yang terpisah,
hanya terdapat spektrum kontinu yang lemah. Garis H bersesuaian dengan
n=3, garis H dengan n=4, garis H dengan n=5 dan seterusnya. Batas deret
bersesuaian dengan n= sehingga pada saat itu panjang gelombangnya adalah
4/R, sesuai dengan eksperimen.
Frekuensi-frekuensi yang timbul pada deret Balmer ini disebabkan oleh
adanya perpindahan letak elektron dari lapisan kulit yang ke-3, 4, 5, …. dan
seterusnya ke lapisan kulit yang ke-2 pada susunan atom Hidrogen. Hal ini
berarti bahwa apabila sebuah elektron pada kulit ke-3 atom hidrogen pindah ke
kulit ke-2 maka akan terpancar foton dengan panjang gelombang H yaitu
173