Page 20 - e-booklet
P. 20
3. Anomali Efek Rumah Kaca
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mempublikasikan
Indonesia mengalami perubahan iklim ekstrem pada bulan September 2020.
Temperatur udara rata-rata bulan September 2020 mencapai 27,2˚C. Temperatur
yang dihasilkan oleh emisi gelombang panas gas rumah kaca terhadap bumi telah
meningkatkan temperatur bumi sebesar 0,6˚C dibandingkan dengan temperatur rata-
rata Indonesia bulan September periode 1981-2010 yaitu sebesar 26,6˚C.
Secara umum peningkatan gas-gas rumah kaca di atmosfer disebabkan oleh beberapa
hal berikut.
a. Sektor Energi
Hampir sebagian besar pembangkit
listrik di dunia menggunakan sumber energi
berbahan bakar fosil, seperti batu bara,
minyak bumi, serta gas alam. Pembakaran
bahan bakar fosil melepaskan CO2 yang
merangkap panas di atmosfer dan
menjadikannya kontributor utama pemanasan Gambar 5. PLTU batu bara
global serta perubahan iklim. Penggunaan (Sumber: greenpeace.org)
bahan bakar fosil diperkirakan menaikkan
sekitar 48% konsentrasi CO2 di atmosfer. Karbon dioksida memiliki kemampuan
memerangkap panas matahari paling kecil dibanding gas rumah kaca lainnya.
Namun, kenaikan konsentrasi CO2 yang besar menjadikannya gas rumah kaca
terbanyak yang menaikkan suhu global bumi.
b. Emisi Gas Kendaraan Bermotor
Asap knalpot dari kendaraan bermotor mengandung karbon dioksida dan
polutan lainnya, seperti gas metana dan dinitrogen dioksida. Setiap liter bensin
yang digunakan menyumbang sekitar dua kilogram CO2 ke atmosfer bumi.
c. Limbah Industri
Industri plastik menjadi salah satu dalang
terbesar dari global warming. Diperkirakan 12
juta barel minyak bisa memproduksi 30 juta
produk plastik PET. Satu barel berisi sekitar
159 liter minyak mentah dapat mengandung
118kg karbon. Apabila pembuatan setiap ton
plastik PET bisa menghasilkan sekitar 3 ton
gas CO2. Gambar 6. Limbah pabrik
(Sumber: kompas.com)
9