Page 6 - Kisah Dua Putri & Siraja Ular
P. 6

Dinginnya  malam  menemani  dua  gadis  kecil  itu  menyongsong


               pagi.  Jangkrik  tak  berhenti  mengerik  mengisi  kekosongan  sunyinya

               malam. Sasandewini melihat pintu depan sekali lagi untuk meyakinkan


               apakah sudah benar-benar terkunci. Lentera kecil di ruang depan ia


               bawa ke belakang. Nyala lentera itu meliuk-liuk tersapu angin. Ia tekan


               kuat-kuat kayu penyangga pintu itu. ”Aman,” gumamnya. Sasandewini


               membalikkan  badan,  menuju  kamar.  Ia  merebahkan  badannya  di

               samping adiknya. Suntre sudah tertidur pulas. Dalam tidurnya, Suntre


               bermimpi.



                       ”Mau ke mana, Gadis Kecil?” sapa seorang Kakek berjubah putih


               dan berjenggot panjang.



                      ”Sa ... sa ... saya ... mau ke sungai, ” jawab Suntre terbata-bata.



                      “Kenapa engkau lewat tempat ini?”



                      “Saya tidak tahu harus lewat mana, Kek.”



                      “Sungai itu sangat berbahaya, cucuku. Ada seekor buaya putih


               penunggu sungai itu.”


                      “Buaya?” Suntre kaget.











                                                           4
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11