Page 72 - Kisah Abu Nawas 1001 Malam
P. 72
Tetapi dia tidak bisa menerima penjelasanku. Aku merasakan
bahwa pandangannya terhadap agama Islam tidak semakin baik,
tetapi sebaliknya. Dan sebelum kami berpisah dia berkata:
Rupanya hubungan antara. kita mulai sekarang tidak semakin
baik, tetapi sebaliknya. Namun bila engkau mempunyai alasan
laih yang bisa aku terima, kita akan tetap bersahabat.” kata
Baginda menjelaskan dengan wajah yang amat murung.
"Kalau hanya itu persoalannya, mungkin, hamba bisa
memberikan alasan yang dikehendaki rajaf sahabat Paduka itu
yang mulia.” kata Abu Nawas meyakinkan Baginda.
Mendengar kesanggupan Abu Nawas, Baginda amat
riang. Beliau berulang-ulang menepuk pundak Abu Nawas.
Wajah Baginda yang semula gundah gulana seketika itu berubah
cerah secerah matahari di pagi hari.
"Cepat katakan, wahai Abu Nawas. Jangan biarkan aku
menunggu.” kata Baginda tak sabar.
"Baginda yang mulia, memang sepantasnyalah kalau raja
Yahudi itu menghaturkan ucapan salam keselamatan dan
kesejahteraan kepada Baginda. Karena ajaran Islam memang
menuju keselamatan (dari siksa api neraka) dan kesejahteraan
(surga) Sedangkan Raja Yahudi itu tahu Baginda adalah orang
Islam. Bukankah Islam mengajarkan tauhid (yaitu tidak
menyekutukan Allah dengan yang lain, juga tidak menganggap
Allah mempunyai anak. Ajaran tauhid ini tidak dimiliki oleh
agama-agama lain termasuk agama yang dianut Raja Yahudi
sahabat Paduka yang mulia. Ajaran agama Yahudi menganggap
Uzair adalah anak Allah seperti orang Nasrani beranggapan Isa
anak Allah. Maha Suci Allah dari segala sangkaan mereka.Tidak
pantas Allah mempunyai anak. Sedangkan orang Islam
membalas salam dengan ucapan Wassamualaikum (kecelakaan
bagi kamu) bukan berarti kami mendoakan kamu agar celaka.
Tetapi semata-mata karena ketulusan dan kejujuran ajaran Islam
yang masih bersedia memperingatkan orang lain atas kecelakaan
yang akan menimpa mereka bila mereka tetap berpegang teguh
71
aDef Abu Nawas Sang Penggeli Hati