Page 269 - modul tekstil mala
P. 269
Pada umumnya proses pencucian diawali dengan cuci dingin
dan panas dimaksudkan untuk pembasahan dan pengembangan
lapisan pasta cap sehingga mudah dilarutkan dan lepas dari
kain, selanjutnya penyabunan dengan deterjen dan zat-zat
kimia pada temperatur yang sesuai dimaksudkan agar
keseluruhan sisa-sisa residu termasuk zat warna yang tidak
terfiksasi dilepaskan dari kain secera penetrasi, pelarutan,
pendispersi dan dekomposisi.
Kemudian diikuti dengan pembilasan panas dan dingin serta
pengeringan. Penodaan area di luar motif oleh sisa-sisa zat
warna yang berbeda di dalam larutan pencuci merupakan
resiko yang mungkin terjdi jika konsentrasi zat warna yang
tidak terfiksasi dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini dapat
dihindari jika telah dilakukan seleksi dengan baik terhadap zat
warna yang dipakai, zat pengental dan kondisi fiksasi yang
tepat, sehingga fikasasi zat warna dapat ditingkatkan dan sisa-
sisa zat warna yang tidak terfiksasi dapat diminimalkan.
Demikian pula kondisi optimum setiap pencucian juga harus
disesuaikan terhadap setiap kombinasi zat warna dan jenis
serat. Zat-zat warna yang tidak terfiksasi dapat dihilangkan
secara cepat dengan menggunakan temperatur tinggi,
sebaliknya penodaan pada area di luar motif akan berlangsung
lebih lambat jika temperatur pencucian rendah. Oleh karena itu
perlu adanya pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan
kondisi optimum pencucian.
Beberapa contoh prosedur pencucian diberikan di bawah ini
. Pencucian hasil pencapan zat warna dispersi pada kain
poliester, setelah melalui pencucian dingin dan pencucian
hangat, dilanjutkan dengan pencucian reduksi menggunakan 2
ml/l natrium hidroksida 38o Be, natrium ditionit/hidrosulfit (1
– 2 g/l) dan zat aktif permukaan non ion atau kationik (1g/l)
pada temperatur 70 – 800 C selama 10 – 15 menit. Akhirnya
kain dibilas dengan air hangat, air dingin dan dikeringkan
dengan tegangan yang minimum.
259 Teknologi Pencapan