Page 112 - just duit_Spread
P. 112
banyak orang yang menganggur, belum lagi ditambah meningkatnya
kriminalitas karena mereka yang menganggur jangan-jangan menjadi
penjahat untuk mencari nafkah.
Jadi perlu dibedakan dan dicermati aksi yang sering mengatas-
namakan pembela kaum buruh, namun akhirnya justru merugikan
kaum buruh. Ingat, mereka itu bisa saja individu atau kelompok ter-
organisir yang mencoba mengail di air keruh, yakni mencari ke-
untungan diri sendiri atau kelompoknya untuk mencapai tujuan
ekonomis, politis, atau ideologis. Jika kaum buruh berontak, jika
kondisi sosial politik goncang, maka lebih mudah bagi mereka untuk
menghasut massa yang lebih luas untuk melakukan makar, atau
mengkritik dan menghujat pemerintah dengan tuduhan tidak becus,
dan meminta agar MPR mengganti pemerintah yang dinilai gagal
tersebut.
Alternatif lain, bisa saja keberpihakan dan penghasutan kepada
kaum buruh itu diperluas kepada kaum mayoritas lainnya yaitu ka-
um tani, dengan menghembuskan isu kesenjangan sosial, kesengsaraan
kaum miskin dan kesewenang-wenangan kaum kaya (pertentangan
kelas), sehingga akhirnya rakyat kecil termakan hasutan bahwa ide-
ologi Pancasila adalah salah dan bobrok sehingga perlu diganti de-
ngan ideologi lain yang lebih sosialis dan "membela kaum papa",
apakah itu? Komunisme!
Nah jika itu terjadi, lebih celaka lagi negara kita. Dan metode ko-
munis untuk memanfaatkan kaum buruh itu teorinya gampang,
yakni dengan menyusupkan anggotanya di dunia kerja (menyamar
kerja sebagai buruh misalnya) agar bisa sering menghasut dan me-
ngancam kaum buruh untuk berdemonstrasi dan menuntut kenaikan
gaji yang tidak masuk akal, agar tuntutan itu tidak mungkin di-
kabulkan sehingga beralasan untuk terus mogok kerja atau merusak
fasilitas kerja!
Kita semua harus mewaspadai semua aktivitas apa pun yang me-
ngatasnamakan (padahal sebenarnya hanya memanfaatkan) organisasi
apa pun, yang membela kaum buruh dengan cara-cara seperti yang
saya sebutkan di atas, karena akibatnya jelas, yakni kebangkrutan du-
nia usaha, dan berarti kebangkrutan nasional!
96

