Page 152 - just duit_Spread
P. 152
berguna Bagi agama, bagi saudara seiman, dan bagi orang lain, dan
bagi dunia.
Bagi pengikut agama, seharusnya memilih pemimpin yang meng-
ayomi, yang peduli, dan yang berjuang keras untuk menyejahterakan
umat, tanpa pernah menghasut untuk memusuhi kepercayaan lain.
Jika pemimpin umat hanya mementingkan perkembangan jumlah
(kuantitas) umat tanpa peduli kualitasnya, niaka perlu diwaspadai,
jangan-jangan pemimpin tersebut berniat untuk memanfaatkan be-
sarnya massa untuk kepentingannya pribadi. Sebab perlu diketahui,
ada saja orang yang menunggangi umat agamanya untuk kepentingan
politik, ekonomi, reputasi, atau bahkan sombong-sombongan saja.
Ciri ciri pemimpin seperti itu adalah jelas, yakni tidak perduli ter-
hadap kesejahteraan umatnya secara rohani maupun materi, dan ke-
dua, menggunakan isu agama untuk mengerahkan massanya melawan
pihak tertentu yang menghalangi ambisinya.
Pemimpin model itu akan panik dan ngamuk, jika ada orang
yang "mengambil" jemaatnya, misalnya pindah aliran agama lain.
Mengapa? Bukan karena pemimpin itu sayang kepada jemaat ter-
sebut, melainkan karena merasa bahwa kekuatannya berkurang, dan
mungkin saja 'penghasilannya' berkurang, sebab bukankah jumlah
umat adalah aset? (bisa untuk pasukan tempur, dan bisa untuk di-
mintai sumbangan). Mengapa saya katakan demikian? Sebab, jika je-
maatnya diayomi dan disejahterakan, tidak mungkin umat akan per-
gi ke tempat lain; namun jika jemaat ditelantarkan dan mungkin
hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pemimpin, lantas mengapa
heran jika umat minggat?
Namun pemimpin egois model itu tidak akan menerima jika di-
suruh introspeksi. Mereka bukannya menyadari kekurangannya, ma-
lahan akan mencari "kambing hitam" agar bisa melampiaskan den-
dam kesumatnya.
Kalau orang yang mengaku taat beragama dan cinta setengah
mati kepada Tuhannya, namun dalam kehidupan sehari hari tidak
menjadi manfaat bagi orang lain—apalagi jika ia menjadi pembenci
orang lain—maka menurut saya, tidak ada gunanya dia beragama
atau bertuhan. Itu hanya omong kosong belaka.
136

