Page 216 - kimia_kls10
P. 216
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O 2
bereaksi dengan 4 molekul HBr.
Suatu reaksi baru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang
berhasil antara molekul-molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus
antara 4 molekul HBr dengan 1 molekul O 2 kecil sekali
kemungkinannya untuk berhasil. Tumbukan yang mungkin berhasil
adalah tumbukan antara 2 molekul yaitu 1 molekul HBr dengan 1
molekul O 2. Hal ini berarti reaksi di atas harus berlangsung dalam
beberapa tahap dan diperkirakan tahap-tahapnya adalah :
Tahap 1: HBr + O → HOOBr (lambat)
2
Tahap 2: HBr + HOOBr → 2HOBr (cepat)
Tahap 3:
(HBr + HOBr→ H O + Br ) x 2 (cepat) HBr 4 O + - - > 2H O 2 + Br
2 2 2 2 2
Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan
berlangsungnya reaksi tersebut ditentukan oleh kecepatan reaksi
pembentukan HOOBr yaitu reaksi yang berlangsung paling lambat.
Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut
"mekanisme reaksi" dan kecepatan berlangsungnya reaksi keseluruhan
ditentukan oleh reaksi yang paling lambat dalam mekanisme reaksi.
Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu kecepatan reaksi.
10.5 Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari
Nilai dari k konsentrasi dalam persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan
bergantung pada
reaksi particular besarnya pengaruh konsentrasi reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi
yang diketahui Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu
sebagai konsentrasi dari hanya satu pereaksi
temperature pada
saat reaksi terjadi
Laju = k [A]
Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penguraian
N 2O 5 merupakan suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu
berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi,
2
Laju = k[A]
Atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua
pereaksi,
Laju = k [A][B]
Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut
orde terhadap masing-masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan
terakhir itu adalah orde pertama dalam A dan orde dalam B, atau
orde kedua secara keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga
atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal-hal semacam itu sangat
jarang. Dalam reaksi yang rumit, laju itu mungkin berorde pecahan,
204