Page 7 - Makalah_kaidah_peradilan_MELINDA EKA L
P. 7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Waris
1. Pengertian Waris
Secara bahasa, dalam bahasa Arab, "waris" dinyatakan dengan kata "ث ِ راو"
َ
(waarits) yang berasal dari akar kata "ََث َ رو" (waratha). Istilah "ث ِ راو" (waarits)
َ
َ
mengacu pada seseorang yang menerima warisan atau pewaris yang mewarisi harta
atau hak-hak dari seseorang yang telah meninggal dunia sesuai dengan ketentuan
hukum Islam atau hukum perdata yang berlaku. Istilah ini juga merujuk pada
seseorang yang memiliki hak sah atas harta peninggalan atau kekayaan pewaris.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, waris adalah proses pembagian harta
benda, hak, atau kekayaan seseorang yang meninggal kepada ahli warisnya sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku. Ini melibatkan pengalihan hak kepemilikan
atas harta tersebut kepada pihak-pihak yang berhak mewaris sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Dalam Islam, waris adalah proses pembagian harta peninggalan seorang
Muslim yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya berdasarkan ketentuan
yang diatur dalam hukum waris Islam (faraid). Ini termasuk bagaimana harta
tersebut dibagi antara anak-anak, suami, istri, orang tua, dan kerabat lainnya sesuai
dengan ketentuan syariah.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa waris merujuk
pada proses pembagian harta, hak, atau kekayaan seseorang yang telah meninggal
dunia kepada ahli warisnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dalam
konteks Islam, waris melibatkan pengalihan hak kepemilikan atas harta
peninggalan kepada pihak-pihak yang berhak mewaris sesuai dengan ketentuan
syariah yang diatur dalam hukum waris Islam (faraid). Selain itu, waris juga dapat
merujuk pada penerimaan harta atau hak dari seseorang yang telah meninggal.
4