Page 187 - S Pelabuhan 15.indd
P. 187
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
10.1 Kesultanan Banten
Pada awal abad ke-16 Masehi di pesisir utara teluk Banten telah tumbuh kantong-
kantong pemukiman orang muslim. Saat itu Banten telah menjadi salah satu bandar
penting kerajaan Sunda-Pakwan yang ibukota kera jaannya terletak di dekat kota
Bogor. Selain Banten beberapa bandar penting kerajaan Sunda di awal abad ke-16,
sebagaimana disebut oleh Tomé Pires (1513) adalah: Pondam (Pontang), Tamgaram
(Tangerang), Cheguide (Cigede), Calapa (Kalapa) dan sebagainya. Sebenarnya
sejak akhir abad ke-15 atau menjelang abad ke-16 beberapa bandar yang terletak
di utara Jawa seperti Gresik, Demak dan Banten menjadi salah satu jalur dan pusat
sosialisasi Islam di Jawa yang dilakukan oleh para wali. Penguasaan bandar-bandar
ini merupakan upaya menun taskan Islamisasi pantai utara Pulau Jawa. Khusus
tentang Islamisasi Banten, menurut tradisi, seperti disebutkan dalam berbagai babad,
diceriterakan bahwa Fatahillah (Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati) bersama
98 orang muridnya dari Cirebon berusaha mengislamkan Banten Ilir dan berhasil.
Pelabuhan Kerajaan Sunda-Pakwan di Banten juga berhasil diislamkan lebih dahulu.
Segera setelah diislamkan, untuk memperkuat kedudukan Banten, pelabuhan-
pelabuhan lain yang ada di pantai utara Jawa bagian barat juga diislamkan. Jayakarta
yang ketika masih menjadi pelabuhan Kerajaan Sunda-Pakwan bernama Sunda
Kalapa berhasil ditaklukan dan diislamkan pada tahun 1527.
Penyerbuan VOC 5-7 September
1596 dari laut ke kota Banten.
Banten selama 23 tahun (1527-1550) berada di bawah kekuasaan Falatehan mengalami Tampak beberapa junk Jawa di
kemajuga dalam perdagangan lada. Pelabuhan Banten menjadi ramai dikunjunki antara tembakan meriam VOC
(gambar atas). Kedatangan
para saudagar dari Portugis. Tahun 1546 Fernando Mendez Pinto datang berlabuh di
saudagar Belanda disambut
Banten untuk membeli lada. Agaknya pasokan lada ke Banten tersendat, akibatnya penduduk lokal Banten (gambar
juga pemuatan lada ke kapalnya juga tersendat hingga kiri).
memakan waktu sampai dua bulan (Slametmulyana
1980, 55). Pada masa pemerintahannya Banten banyak
dikunjunki kapal dari Portugis dan Cina. Bandar niaga
Banten menjadi titik temu jalur lalulintas perdagangan
dari Eropa di sebelah barat dan Cina di sebelah timur.
Jauh sebelum pemerintahan Falatehan, Banten telah
dikunjunki dan “dipromosikan” oleh inspektur
perpajakan Portugis bernama Tomè Pires yang pada
175