Page 24 - BAB I
P. 24
Abdul Adzim Irsad
beberapa nama panggilan yang disukainya, seperti 'Aisy, dan
Humaira (pipi merah delima). Aisya pernah menuturkan, ketika ia
dipanggil dengan Nama itu, putri Abu Bakar itu seolah-olah jiwanya
melayang keangkasa. Karena Wanita memang pada dasarnya suka
dan bagga jika sang suami memuji, dan memanggilnya dengan kata-
kata indah nan mesra.
Cara Nabi Meredam Amarah Sang Istri
Di antara istri-istrinya, Hafsah dan Aiysah adalah wanita yang masih
muda ketika dinikahi Nabi. Aiysah r.a adalah wanita yang sangat
cerdas, cantik, menarik. Di sisi lain, Aiysah r.a sering sewot,
ngambek, dan cemburu berat. Demikian juga putri Umar, Hafsah
yang juga memiliki sifat keras kepala dan tidak mau mengalah.
Sering kali Aiysah marah karena tebakar api cemburu, tetapi
Rasulullah SAW menghadapinya dengan bijaksana. Muhammad
SAW. tahu betul bagaiamana menghadapi istrinya yang sedang
marah. Ibaratnya, marah menjadi senyuman dan gelaktawa yang
menghilang duka.
Cara Muhammad SAW. di dalam meredam amarah sang istri
sangatlah sederhana, dan bisa dilakukan oleh siapa pun juga dari para
pengikut setianya. Muhammad SAW biasa memijit hidung 'Aisyah
jika ia sedang marah, dengan senyuman yang mengembang dan
beliau berkata “Wahai 'Uwaisy, bacalah doa “Wahai Tuhanku,
Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan
hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan. (HR
Ibnu Sunni).
Pelajaran berharga dari seorang Nabi. Sikap bijaksana, tidak
ikut larut dalam emosi, senyuman dan pijitan tangan Nabi ke hidung
Aiysah r.a membuat suasana menjadi berubah, amarah berubah
menjadi senyuman dan canda tawa. Bagi para pengukutnya,
sangatlah sulit untuk menerapkan apa yang dilakukan Nabi, tetapi
bukan berarti tidak bisa, karena apa yang dilakukan Nabi, pada
hakekatnya adalah teladan bagi kita semua. Jangalah menyelesaikan
amarah dengan amarah, karena hal ini akan semakain membara yang
berahkir pada petaka dan bencana.
24