Page 78 - Fondasi Keluarga Sakinah.pdf
P. 78
Bacaan Mandiri Calon Pengantin
Bahkan, kebutuhan nonmateri yang terabaikan seringkali jadi
pemicu goncangan keluarga.
Lalu siapa yang memegang tanggungjawab dalam memenuhi
kebutuhan keluarga ini?
Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam QS at-Taubah: 71, para
lelaki yang beriman dan para perempuan yang beriman adalah
penolong satu sama lainnya, dalam kebaikan. Begitupun di dalam
perkawinan dan keluarga, suami dan istri bertanggung jawab
secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan keluarga ini.
Idealnya, tidak ada pembedaan soal tanggung jawab bersama ini,
tinggal bagaimana sang suami istri membagi peran dan tugas
dalam memenuhi kebutuhan keluarga ini.
Di sinilah prinsip keadilan, kesalingan, dan keseimbangan
kembali menjadi pegangan kita. Membagi peran dan tugas antara
suami istri perlu dengan bermusyawarah dalam semangat saling
ridho, sehingga terbagi secara adil dan seimbang. Ini akan
menghindarkan suami istri dari sikap saling menuntut. Misalnya,
dalam situasi di mana potensi suami tidak memungkinkan untuk
menghasilkan nafkah yang mencukupi kebutuhan yang layak,
suami menuntut istri untuk hidup menderita, atau istri tidak mau
tahu dan menuntut suami untuk menyetorkan uang sesuai
kebutuhan. Dengan musyawarah, kedua belah pihak bisa
bekerjasama membagi tugas dan saling rida terhadap bagian
tugas masing-masing tersebut.
Yang harus diingat, kepemimpinan berbeda dengan kekuasaan.
Kepemimpinan menyiratkan kebijaksanaan dan kemaslahatan,
sementara kekuasaan memberikan kekuatan kepada yang
berkuasa untuk menundukkan yang dikuasainya. Dengan pilar
zawaj, suami istri dituntun untuk menjalani kehidupan berumah
tangga sebagai sepasang sayap yang saling memperkuat dan
menyeimbangkan.
73