Page 94 - Microsoft Word - 1.COVER PENG. BHN2_ANNI10 DES2018.docx
P. 94
PENGUJIAN BAHAN 2 (BETON ASPAL)
Tabel 4.3. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Latasir
Sifat-sifat Latasir
Campuran Kelas A&B
Penyerapan Aspal (%) Mak 2.0
Jumlah tumbukan perbidang 50
Rongga dalam campuran (VIM) (%) ³ min 3.0
Mak 6.0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 20
Rongga terisi aspal (VFA) (%) min 75
Stabilitas Marshall (kg) min 200
Pelelehan (mm) Min 2
Mak 3
Marshall quotient (kg/mm) min 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah min 9
perendaman selama 24 jam, 60°C
Pengujian dengan alat Marshall
Metode Marshall dikembangkan oleh The US Corps of Engineers di Amerika yaitu
pengujian dengan mesin dan metode yang diciptakan oleh Bruce Marshall State Highway
Departmen pada tahun 1948.
Campuran dengan kadar aspal bervariasi dipadatkan dalam suatu cetakan benda uji
mmpunyai diameter 102 mm dan tinggi 64 mm dengan palu standar berat 4,54 kg dan tinggi
jatuh 457 mm. Pada umumnya digunakan lapis permukaan disyaratkan jumlah tumbukan 2 x
50 untuk lalu lintas ringan dan 2 x 75 untuk lalu lintas berat.
Rongga dalam campuran ditentukan dengan cara menimbang benda uji di udara dan
di dalam air. Rongga diantara miniral agregat (VMA) adalah jumlah volume udara dan aspal
yang ada di dalam silinder benda uji.Stabilitas dan pelelehan diukur pad benda uji
o
menggunakan alat Marshall pada kecepatan 51 mm/menit dan suhu 60 C
Saat ini pemeriksaan dengan alat Marshall mengikuti prosedur PC-0201-76,
AASHTO T 245-74, ASTM D 1559-62T atau SNI 06-2489-1991. Metode Marshall
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode lain, diantaranya adalah :
a. Alat – alat untuk percobaan Marshall mudah dibawa (portable) dan dapat disesuaikan
dengan alat-alat CBR.
b. Alat Marshall sangat sederhana dan memberikan hasil yang cukup tepat dan dianggap
merupakan suatu metode perencanaan yang baik tetapi memerlukan ahli teknologi aspal
yang berpengalaman.
80