Page 187 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 187

e.   Masalah hak keperdataan dari bekas pemegang hak atas tanah
                yang tanahnya ditetapkan sebagai tanah terlantar. Pasal 9 ayat (2)
                PP Nomor 11 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Dalam hal tanah
                yang akan ditetapkan sebagai tanah terlantar merupakan tanah
                hak (HM, HG, Hak Pakai) penetapan tanah terlantar memuat
                juga penetapan haspusnya hak atas tanah, sekaligus memutuskan
                hubungan hukum serta ditegaskan sebagai tanah yang dikuasai
                langsung oleh Negara. Selanjutnya dalam Pasal 13 ayat (1): Tanah
                yang ditetapkan sebagai tanah terlantar, dalam jangka waktu paling
                lama 1 (satu) bulan sejak ditetapkannya keputusan penetapan
                tanah terlantar, wajib dikosongkan oleh bekas Pemegang Hak Atas
                Benda-benda di atasnya dengan beban biaya yang bersangkutan.
                Kemudian jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 37 ayat (2) serta
                ayat (4) PP Nomor 40 tahun 1996, yang menyatakan bahwa
                Dalam hal bangunan dan benda-benda masih diperlukan, maka
                kepada bekas pemegang hak diberikan ganti rugi yang bentuk dan
                jumlahnya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. Ayat
                (4) menyatakan jika bekas pemegang Hak Guna Bangunan lalai
                dalam memenuhi kewajiban (membongkar bangunan dan benda-
                benda yang ada di atasnya dan menyerahkannya kepada Negara
                dalam keadaan kosong selambat-lambatnya dalam waktu satu
                tahun sejak hapusnya HGB), maka bangunan dan benda-benda
                yang ada di atasnya bekas HGB itu dibongkar oleh Pemerintah tas
                biaya bekas pemegang HGB. Pengaturan substansi kedua regulasi
                antara PP Nomor 11 Tahun 2010 dengan PP Nomor 40 Tahun
                1996 tersebut menjadi kontra produktif.

            f.   Dalam penetapan tanah sebagai tanah terlantar oleh Kepala BPN-
                RI  yang  dituangkan  dalam  bentuk  SK  Penetapan  merupakan
                salah satu bentuk produk hukum dari Keputusan  Tata Usaha
                Negara yang dapat menjadi Objek Gugatan di PTUN. Jika
                dalam pelaksanaan identifikasi dan penel;itian tidak dilakukan
                berdasarkan AAUPB atau tahapannya besar kemungkinan
                bertentangan atau tidak sejalan dengan Peraturan Perundang-
                undangan yang berlaku, maka akan rawan terjadinya Gugatan di
                PTUN. Dengan demikian efektifitas (keberlakuan) Substansi PP




                                          172
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192