Page 59 - ISLAM DAN AGRARIA TElaah Normatif dan Historis Perjuangan Islam Dalam merombak Ketidakadilan Agraria
P. 59

Pemberian tanah oleh khalifah dengan status hak milik ini dapat
            dilakukan atas tanah mati. Menurut pendapat Abu Hanifah, “jika
            lahan telah diberikan kepada seseorang, ketika itu ia baru dibenarkan
            menghidupkannya, karena menghidupkan lahan mati tidak diperbolehkan
            kecuali atas seizin khalifah.” Menurut pendapat Imam Syafi’i, “Pemberian
            lahan oleh khalifah kepada seseorang menjadikannya lebih berhak
            untuk menghidupkan lahan tersebut dari pada orang lain, kendati untuk
            menghidupkan lahan suatu lahan mati, seseorang tidak harus menunggu
            pemberian lahan tersebut oleh khalifah, karena ia boleh menghidupkan
            lahan mati tanpa seizin khalifah.”
                Akan tetapi jika orang yang diberi lahan tidak menghidupkan
            lahan tersebut, ia masih tetap menjadi orang yang paling berhak atas
            lahan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menjadi penyebab
            ia tidak menghidupkannya. Jika ia tidak menghidupkannya karena udzur
            syar’i, maka ia tidak dikenakan tindakan apapun dan tanah berada
            dalam penguasaannya hingga udzurnya tersebut hilang. Tetapi, jika ia
            tidak menghidupkannya tanpa udzur syar’i, maka sebagaimana yang
            diungkapkan oleh Abu Hanifah, “Tidak ada tindakan apapun terhadapnya
            sebelum tiga tahun, jika selama tiga tahun ia menghidupkannya, lahan
            tersebut menjadi miliknya. Jika tidak, sesudah tiga tahun tanah tersebut
            dicabut dari padanya.” Pencabutan itu dilakukan dengan dalil bahwa
            Umar bin Khattab ra menjadikan masa berlaku pemberian tanah selama
            tiga tahun.
                Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i berpendapat,
            “Penundaan waktu tidak diwajibkan, jika dalam jangka waktu tertentu
            ia tidak menghidupkannya, maka dikatakan kepadanya ‘Jika engkau
            menghidupkannya, tanah tersebut tetap berada dalam penguasaanmu,
            jika tidak engkau melepaskannya agar tanah tersebut kembali seperti
            semula sebelum diberikan kepadamu.”
                Pemberian lahan dengan status Hak Pakai dapat dilakukan terhadap
            tanah zakat dan tanah pajak. Tanah zakat hanya untuk penerima zakat.


            42                                           Islam dan Agraria
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64