Page 110 - SKI kls 8
P. 110

Pada tingkat pendidikan sejenis perguruan tinggi, didirikan pula Madarasah Niẓamiyah
                   oleh  Niẓam  al-Mulk  (1065-1067).  Madarasah  ini  dibangun  sebagai  pusat  studi  teologi
                   (‘aqidah),  khususnya  untuk  mempelajari  pemikiran  mazhab  Syafi’iyah  dan  teologi

                   Asy’ariyah. Namun demikian, Al-Quran dan puisi Arab kuno menjadi sumber utama dalam
                   kajian ilmu-ilmu humaniora dan sastra (‘ilm al-adab). Hal yang sama juga dilakukan oleh
                   orang  Eropa  beberapa  abad  kemudian.  Sebagian  sejarawan  mengatakan  bahwa  model
                   Madrasah Niẓamiyah ini ditiru oleh orang Eropa, terutama untuk membangun universitas-
                   universitas pertamanya.




               2.  Perpustakaan

                   Pada masa Abbasiyah, masjid berfungsi sebagai pusat pendidikan, sekaligus sebagai tempat
                   penyimpanan buku. Buku itu sendiri diperolah dari hadiah-hadiah atau hasil pencarian dari
                   berbagai sumber. Pada saat itu, masjid menjadi pusat khazanah keislaman karena kaya
                   dengan buku keagamaan. Salah seorang penyumbang buku ketika itu bernama Al-Khatib
                   al-Baghdadi  (1002-1017),  seorang  sejarawan  terkenal  yang  mewakafkan  buku-bukunya
                   untuk umat Islam.

                   Perpustakaan  (khizanat  al-kutub)  lainnya  juga  dibangun  oleh  kalangan  bangsawan.
                   Perpustakaan ini menjadi lembaga kajian untuk ilmu-ilmu umum. Buku yang dikoleksinya

                   antara lain tentang ilmu logika, filsafat, astronomi, dan bidang ilmu lainnya. Abd ad-Daulah,
                   salah seorang penguasa Bani Buwaihi pernah membangun khizanat al-kutub di Syirazi.
                   Semua buku-bukunya tersusun di lemari, terdaftar dalam katalog, dan dikelola dengan baik
                   oleh para pegawai perpustakaan.


                   Selain  perpustakaan,  kemajuan  budaya  baca  pada  masa Abbasiyah  tercermin  pula  dari
                   banyaknya toko buku. Keberadaan toko ini juga berpengaruh besar bagi pengembangan
                   dunia pendidikan. Al-Ya’qubi meriwayatkan bahwa pada masanya (sekitar 819 M), ibu
                   kota negara diramaikan oleh lebih dari seratus toko buku. Posisinya berjejeran di satu ruas
                   jalan yang sama.

                   Hingga awal abad ke-3 Hijriah, kertas yang umum digunakan untuk menulis adalah kain
                   perca dan papirus. Baru setelah kertas dari Cina mulai masuk ke Irak, industri kertas pun
                   tumbuh  menjamur.  Industri  kertas  muncul  pertama  kali  di  Samarkand.  Orang  yang
                   memperkenalkannya adalah beberapa tawanan Cina pada 751 M.














               94     Buku Siswa Kelas VIII MTs
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115