Page 62 - SKI_Revisi Kls 9
P. 62
pondok pesantren). Ketiga, masjid/mushala (sarana fisik sebagai tempat ibadah dan
pusat kegiatan di dalam pondok pesantren), Keempat, pondok/asrama (sarana fisik
sebagai tempat tinggal para santri). Kelima, kitab kuning (materi pokok dalam
kurikulum pendidikan pesantren). Keenam, metode pengajaran sorogan, bandongan,
dan al-ijnul ijazah serta model pembelajaran “utawi iki iku” (yakni pola belajar di
mana santri bisa mengetahui makna, kedudukan, dan fungsi masing-masing kalimat).
Kiai mempunyai berbagai fungsi, di antaranya sebagai figur pimpinan pondok
pesantren. sehingga kewibawaan, kepribadian, penguasaan ilmu agama, serta
pengalaman kiai memberikan warna pada budaya dan lingkungan masyarakatnya.
Kiai sebagai guru mengaji mempunyai banyak murid. Melalui murid (santri) itulah
tersebar karisma kiai di bidang keagamaan sekaligus budi luhur yang dituturkannya.
Kiai juga memberi ilham kepada masyarakat sekitarnya dalam memecahkan
persoalan.
Biasanya, seorang anak kiai sangat dihormati oleh para santri dan masyarakat sekitar
sebagaimana tampak dari panggilan “Gus” (singkatan dari “gusti” atau “bagus”).
Sebutan ini mengandung tafa’ul atau harapan agar ia menjadi orang yang bagus dan
mulia. Oleh karena itu, anak kiai (“Gus”) mempunyai kesempatan yang luas untuk
memimpin sebuah pondok pesantren.
Dalam bahasa-bahasa simbol pesantren, status kiai bisa diperoleh atau terjadi karena
karomah (suatu kemuliaan dari Allah) dan barakah (suatu kebaikan rohani yang dapat
dilimpahkan kepada orang lain, terutama anaknya dan santrinya). Status kiai dapat
pula diperoleh melalui nasab (garis keturunan).
Istilah “santri” pada dasarnya muncul bersamaan dengan berdirinya pesantren di
Indonesia. Santri yang dikenal sebagai penghuni pesantren bila dikaji tentu tidak akan
lepas dari figur seorang kiai yang membentuk kepribadian dan karakternya serta
sebagai lingkungan kehidupannya selama menjadi santri.
3. Pesantren sebagai Pencetak Para Da’i
Pesantren selain sebagai sarana dakwah, juga memiliki peran lain yaitu pencetak para
pendakwah atau da’i. Sebagian besar da’i di Indonesia adalah lulusan pesantren. Para
da’i lulusan pesantren turut serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam dengan berbagai
cara. Sebagian dari mereka menyebarkan ajaran Islam melalui media sosial,
berceramah dari panggung ke panggung dan lain sebaginya. Cara lain yang dilakukan
oleh para da’i untuk menyebarkan ajaran Islam adalah mendirikan pesantren, sehingga
banyak pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
46 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX