Page 152 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 152

Aku terdiam sejenak. Aku tak tahu. Selama ini aku tak                          Wira  jadi  penasaran.  “Sepertinya  kamu  ini  senang
             pernah berpikir hendak kuliah di mana. Namun, ternyata                         tinggal di Yogya, kan? Hayo, bilang saja. Kamu sekarang
             waktuku tinggal tiga tahun lagi untuk memutuskan hendak                        lebih suka Yogya daripada Bengkulu, kan?” selidiknya.
             kuliah di mana dan mengambil jurusan apa. Tiga tahun
                                                                                                Aku menggeleng, tetapi Wira terus mencecarku. Dia
             itu cepat, tahu-tahu nanti tiba saatnya aku harus kuliah.                      bahkan bilang kalau dia tahu mengapa aku suka tinggal
             Wah, aku harus mulai memikirkannya sejak sekarang.
                                                                                            di Yogya. Ah, sok tahu! Aku terus mengelak, tetapi malah
                 “Dia pasti di Yogya. Kan dia sudah disambut drumben                        Gendhis sekarang yang mencecarku.
             gaib,” sahut Wira.
                                                                                                “Benarkah begitu? Kamu lebih suka Yogya daripada
                 “Iya, ya? Tidak ada pilihan kalau begitu. Kamu hanya                       Bengkulu?” tanyanya.
             bisa memutuskan, mau ke perguruan tinggi negeri atau                               Aku  melihat  Wira  siap  melontarkan  jawaban,  dan
             swasta? Namun, kamu tak bisa keluar dari Yogya,” tegas
                                                                                            aku jadi panik. Buru-buru aku membungkam mulutnya
             Gendhis.
                                                                                            dengan tanganku.
                 Mendengar pembicaraan mereka berdua, aku jadi
                                                                                                “Hmmpftt … Faben suka Yogya karena hmpffffff  sama
             bertanya-tanya. Masa depanku masih panjang. Kuliah di
                                                                                            hmmfffmu!”
             mana? Apa profesiku nanti? Di mana aku akan bekerja?
             Di kota apa? Di bidang apa? Masa semuanya itu dibatasi                             “Heh?” Gendhis memelototiku.
             harus di Yogya hanya karena aku mendengar suara                                    Kabuuur!
             drumben? Aku teringat kata-kata Ryan. Ini tak mungkin!
                 Untuk saat ini, aku memang harus hidup di Yogya.
               kar  suar
             bukan berarti aku selamanya akan di sini, kan? Semuanya
             bisa saja berubah. Suara drumben bukanlah penentu
             masa depanku!

                 “Heh, kenapa kamu malah komat-kamit sendiri?”
             tanya Gendhis heran.
                 Aku tersenyum dan tidak menjawab.









             144      Misteri Drumben Tengah Malam                                                           Bab 19 Sementara atau Selamanya?  145
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157