Page 150 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 150

“Wah, lalu apa penjelasan untuk suara drumben itu,                             “Jangan-jangan nanti kamu juga mengekor Wira saat
             ya?” tanya Selvi.                                                              kuliah?” tanya Gendhis.

                 Aku menggeleng, “Tidak ada,”                                                   “Aku mau mengekor kamu saja,” candaku yang
                                                                                            membuat Gendhis sedikit tersipu. Namun, sekejap
                 “Masa iya itu penyambutan untukmu? Masa iya kamu
                                                                                            kemudian wajah Gendhis berubah tegang.
             bakal selamanya di Yogya?” tanya Ryan.
                                                                                                “Apa siswa kejar paket C bisa melanjutkan kuliah?”
                 Aku mengangkat bahu. Semuanya terasa begitu
                                                                                            tanyanya ragu. “Apa aku tidak kalah bersaing dari anak-
             mustahil, tetapi tak bisa dibantah.
                                                                                            anak yang bersekolah setiap hari?” tanyanya lagi dengan
                 Ryan  lalu  bilang  bahwa  sebaiknya  aku   tak                            nada gelisah.
             memercayai hal itu bulat-bulat. Kata Ryan, tak mungkin
                                                                                                Aku meyakinkan Gendhis. Tentu saja Gendhis bisa
             hidup seseorang ditentukan oleh suara drumben gaib.
                                                                                            kuliah. Gendhis harus tetap rajin belajar dan jangan mau
                 Aku tak bisa mengiyakan ucapan Ryan. Bukti mitos                           kalah olehku dan Wira.
             itu terlalu kuat. Aku gagal kembali ke Bengkulu. Aku tetap
                                                                                                “Aku enggak mungkin kalah dari kalian. Aku kan lebih
             tinggal di Yogya. Menurutku, itu sudah menunjukkan
                                                                                            pintar,” sahutnya ketus.
             kebenaran mitos itu.
                                                                                                Wira  terbahak-bahak  melihat  bibirku  manyun
                 “Faben!” teriak Mama dari lantai bawah.
                                                                                            mendengar jawaban Gendhis. Wira mendoakan Gendhis
                 Aku bergegas mengakhiri pembicaraanku dengan                               agar Gendhis bisa kuliah di UGM seperti cita-citanya.
             Ry    Sel    bergeg    Mama
             Ternyata  Wir        berkunjung  Wir                                               “Kamu sendiri mau kuliah di mana?” tanyaku pada

             tampak begitu senang mendengar kabar aku masuk ke                              Wira
               Wakaya                                                                           Wir  menggaruk-g  kepalanya  Katanya
                 “Salaman dulu, Bro!” kata Wira penuh semangat. Aku                         belum tahu. Bisa jadi ke Bandung, atau ke Jakarta.
                                                                                            Katanya dia ingin mencari suasana baru. “Bosan, dari
             terkekeh dan menyambut uluran tangannya.
                                                                                            lahir sampai setua ini tinggal di tempat yang sama,” kata
                 “Kenapa kamu memilih SMA Wakaya? Kamu tak bisa                             Wira.
             berpisah dariku, ya?” goda Wira.
                                                                                                Mendengar  jawaban  Wira,  Gendhis  mencebik.  Kata
                 Gendhis hanya mendengus mendengar ocehan Wira.                             Gendhis, Wira hanya ikut-ikutan sepupu-sepupunya yang

                 “Hehe, iya sih. Daripada tidak ada yang kenal sama                         kuliah di Bandung dan Jakarta. “Kalau kamu?” mendadak
             sekali. Lebih baik ikut kamu saja,” sahutku.                                   Gendhis menoleh padaku.




             142      Misteri Drumben Tengah Malam                                                           Bab 19 Sementara atau Selamanya?  143
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155