Page 145 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 145

Usai Ryan menutup telepon, aku mencari Mama. Ini   mencuci perabotan bekas masak tadi. Tak berapa lama
 hari Sabtu, seharusnya Papa libur. Namun, Papa malah  kemudian, kudengar suara mobil Papa memasuki teras.
 berangkat pagi-pagi sekali. “Ma, mengapa Papa sibuk
                   “Assalamualaikum,” Papa mengucap salam dengan
 terus?” tanyaku.
               lemah. Aduh, kenapa sih? Jangan-jangan benar ada PHK.
 “Eh, anu … Mama juga tak tahu. Nanti saja kita tanya   Dadaku berdegup kencang dan aku tak sabar lagi untuk
 pada Papa, ya?” sahut Mama kikuk. Aku semakin curiga,   bertanya.
 ada apa ini? Apalagi tak berapa lama kemudian Mama
                   “Wa’alaikum salam. Pa, kenapa Papa belum beli tiket
 mojok di dapur dan menelepon Papa sambil berbisik lirih.
               untuk balik ke Bengkulu? Kata Ryan, Faben harus cepat
 Apa yang mereka bicarakan?
               ngukur  baju ke tukang jahit. Takutnya Faben enggak
 “Siang nanti Papa pulang. Kita bisa makan siang  kebagian penjahit,” serbuku. Mama melotot padaku,
 bersama,” kata Mama setelah menutup teleponnya. Aku   menandakan ketidak setujuannya akan tingkah lakuku.
 mengangguk dan berusaha menahan rasa penasaranku.
                   Papa menghela napas dan memandang Mama
 Semoga tidak ada sesuatu yang buruk.
               seolah meminta persetujuan Mama. Mama mengangguk.
 Mama memintaku membantunya memasak makan  “Faben, Papa nak bicara sesuatu dengan kau. Janji, kau
 siang, sesuatu yang amat jarang Mama lakukan.   idak boleh marah, idak boleh nangis,” kata Papa sambil
               duduk dan meletakkan tasnya di sofa. Mama juga ikut
 “Tumben masak?” tanyaku heran.
               duduk di samping Papa.
 “Kau kan sudah lama kangen masakan Bengkulu.
 Nah, Mama akan masak gulai tempoyak ikan patin!”  Duh,  aku  semakin  cemas.  Wajah  Papa  dan  Mama
               terlihat serius sekali.
 kata Mama sambil mengeluarkan sesuatu dari lemari
 pembeku. Aroma durian yang sudah difermentasi pun  “Kau mungkin sadar kalau Papa sering lembur dan
 menyerbu hidungku. Tak terasa, aku meneguk air ludah.   bahkan tak pulang. Itu karena kepala cabang Yogya terkena
               strok dan tak bisa bekerja lagi. Papa harus mengambil alih
 “Napo Mama masak? Kan sebentar lagi kita juga balik
               tugasnya. Lalu, pagi ini Papa sudah mendapat kepastian
 ke Bengkulu. Kita bisa beli gulai tempoyak, tak payah
               …,” Papa tak melanjutkan kalimatnya.
 memasak,” kataku. Mama tak menjawab. Mama malah
 sibuk mengucuri ikan patin dengan perasan air jeruk  “Kepastian apa?” tanyaku tak sabar.
 nipis. Sepertinya kecurigaanku benar. Ada yang Mama
                   “Papa akan menjadi kepala cabang kantor Yogya.
 sembunyikan dariku. Apa itu?
               Kita tidak akan kembali ke Bengkulu dalam waktu dekat
 Gulai tempoyak ikan patin sudah matang. Rebusan  ini,” sahut Papa lirih.
 pucuk ubi pun telah siap. Aku menata meja dan Mama



 136  Misteri Drumben Tengah Malam     Bab 18 Berita Mengejutkan  137
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150