Page 144 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 144
Usai Ryan menutup telepon, aku mencari Mama. Ini mencuci perabotan bekas masak tadi. Tak berapa lama
hari Sabtu, seharusnya Papa libur. Namun, Papa malah kemudian, kudengar suara mobil Papa memasuki teras.
berangkat pagi-pagi sekali. “Ma, mengapa Papa sibuk
“Assalamualaikum,” Papa mengucap salam dengan
terus?” tanyaku.
lemah. Aduh, kenapa sih? Jangan-jangan benar ada PHK.
“Eh, anu … Mama juga tak tahu. Nanti saja kita tanya Dadaku berdegup kencang dan aku tak sabar lagi untuk
pada Papa, ya?” sahut Mama kikuk. Aku semakin curiga, bertanya.
ada apa ini? Apalagi tak berapa lama kemudian Mama
“Wa’alaikum salam. Pa, kenapa Papa belum beli tiket
mojok di dapur dan menelepon Papa sambil berbisik lirih.
untuk balik ke Bengkulu? Kata Ryan, Faben harus cepat
Apa yang mereka bicarakan?
ngukur baju ke tukang jahit. Takutnya Faben enggak
“Siang nanti Papa pulang. Kita bisa makan siang kebagian penjahit,” serbuku. Mama melotot padaku,
bersama,” kata Mama setelah menutup teleponnya. Aku menandakan ketidak setujuannya akan tingkah lakuku.
mengangguk dan berusaha menahan rasa penasaranku.
Papa menghela napas dan memandang Mama
Semoga tidak ada sesuatu yang buruk.
seolah meminta persetujuan Mama. Mama mengangguk.
Mama memintaku membantunya memasak makan “Faben, Papa nak bicara sesuatu dengan kau. Janji, kau
siang, sesuatu yang amat jarang Mama lakukan. idak boleh marah, idak boleh nangis,” kata Papa sambil
duduk dan meletakkan tasnya di sofa. Mama juga ikut
“Tumben masak?” tanyaku heran.
duduk di samping Papa.
“Kau kan sudah lama kangen masakan Bengkulu.
Nah, Mama akan masak gulai tempoyak ikan patin!” Duh, aku semakin cemas. Wajah Papa dan Mama
terlihat serius sekali.
kata Mama sambil mengeluarkan sesuatu dari lemari
pembeku. Aroma durian yang sudah difermentasi pun “Kau mungkin sadar kalau Papa sering lembur dan
menyerbu hidungku. Tak terasa, aku meneguk air ludah. bahkan tak pulang. Itu karena kepala cabang Yogya terkena
strok dan tak bisa bekerja lagi. Papa harus mengambil alih
“Napo Mama masak? Kan sebentar lagi kita juga balik
tugasnya. Lalu, pagi ini Papa sudah mendapat kepastian
ke Bengkulu. Kita bisa beli gulai tempoyak, tak payah
…,” Papa tak melanjutkan kalimatnya.
memasak,” kataku. Mama tak menjawab. Mama malah
sibuk mengucuri ikan patin dengan perasan air jeruk “Kepastian apa?” tanyaku tak sabar.
nipis. Sepertinya kecurigaanku benar. Ada yang Mama
“Papa akan menjadi kepala cabang kantor Yogya.
sembunyikan dariku. Apa itu?
Kita tidak akan kembali ke Bengkulu dalam waktu dekat
Gulai tempoyak ikan patin sudah matang. Rebusan ini,” sahut Papa lirih.
pucuk ubi pun telah siap. Aku menata meja dan Mama
136 Misteri Drumben Tengah Malam Bab 18 Berita Mengejutkan 137