Page 139 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 139

pada Mama. Kata Papa, yang penting Mama harus  kadang menyebalkan, mereka tetaplah teman terbaikku
 menemanimu ke acara pelepasan hari ini,” sahut Mama  selama aku berusaha menyesuaikan diri di sini.
 sambil memberikan handuk padaku.
                   Itu Gendhis! Gendhis nampak manis dengan kain
 Sembari mengguyur tubuhku dengan air yang luar  batik kawung yang digunakannya. Kemarin Gendhis
 biasa dingin, aku berpikir keras. Kejadian luar biasa? Apa,   bilang, Simbah punya beberapa koleksi kain batik.
 ya? Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk. Apalagi  Salah satunya batik kawung berwarna kecokelatan
 kalau sampai ada PHK. Duh, jangan sampai itu terjadi.  itu. Dari Simbah, Gendhis tahu bahwa batik kawung
 Perusahaan tempat Papa bekerja memiliki banyak  melambangkan pengendalian diri yang sempurna dan
 staf. Kalau mereka diPHK, kasihan sekali keluarganya.  membiarkan segala yang terjadi sesuai kehendak alam.
 Termasuk aku dan Mama.
                   “Aku memilih kain ini, Ben. Kain ini mengingatkanku
 Usai mandi, aku segera bersiap diri. Mama sudah  akan ucapan mamamu. Aku tak bisa mengendalikan orang
 siap dan terlihat cantik dengan gaun batik besurek yang   atau kejadian di sekitarku. Aku harus mengendalikan
 dipakainya. Batik besurek  adalah batik khas Bengkulu.  diriku sendiri, dan menerima apa yang Tuhan berikan
 Motifnya berbeda dengan batik pada umumnya. Besurek   padaku,” ujar Gendhis kemarin.
 artinya bersurat, dan itu menunjuk pada motif kain yang   Aku senang melihat perubahan sikap Gendhis ini.
 berupa  kaligrai  Arab.  Terkadang,  motif  kaligrai  itu
               Gendhis bilang kini dia tak benci lagi pada bapaknya.
 dikombinasikan dengan motif bunga rafflesia sebagai
               Dia hanya bisa berdoa agar Tuhan mengubah bapaknya
 bunga kebanggaan kami.
               menjadi bapak yang lebih baik dan peduli pada anak-
 Mama membantuku memasang dasi agar rapi.  anaknya.
 “Tampan sekali anak Mama. Tak teraso kau dah bujang,
                   Aku mengaminkan doa Gendhis. Ya, sia-sia saja
 Nak,” Mama memandangiku dengan bangga. Kata Mama,
               menghabiskan waktu untuk menyimpan kebencian.
 aku sudah banyak berubah. Tidak lagi rewel dan suka
 mengeluh. Aku juga bertanggung jawab dan tidak manja.   Itu Wira! Wira tampan sekali mengenakan jas warna
 Itu kata Mama, semoga saja memang benar begitu.   biru gelap. Rambutnya disisir rapi dan licin, selicin
               sepatunya yang hitam mengilat.
 Setiba di sekolah, suasana sudah ramai sekali. Aku
 mencari-  Wir    Gendhis  Ak       “Gendhis,  Wira!”  teriakku  sambil  menyeruak
 kenang-kenangan pada mereka sebelum kami berpisah.   kerumunan. Mereka berdua menyambutku dengan
 Mereka berdua adalah sahabatku selama di Yogya. Meski   senyuman lebar. Dengan cepat kurogoh kantung jasku
               dan mengeluarkan dua buah bungkusan mungil berisi





 130  Misteri Drumben Tengah Malam        Bab 17 Hari Pelepasan  131
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144