ya? Mengapa repot-repot membenci orang? Rugi sendiri!
Lebih baik makan rambutan, enak!” Gendhis terkekeh.
“Maafkan, lalu lupakan!” kata Mama.
“Seperti kita memaafkan semut-semut yang
meng kita, Wir ber mengibask
celananya.
“Memaafkan? Memaafkan!” Gendhis pun bergumam.
126 127