Page 130 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 130

“Hei,  ini  mamamu,  kan?”  tanya  Wira  sambil                            dengan gesit Gendhis mencari nama orang itu di kolom
             menunjukkan video Mama yang sedang memainkan lagu                              pencarian. Ketemu!

             Romance de Amor, lagu yang amat sering Mama mainkan
                                                                                                Dari foto-foto di media sosialnya, sepertinya orang
             sejak aku kecil.
                                                                                            itu tinggal di kota besar. Dia juga berfoto dengan moge
                 “Mana, mana?” tanya Gendhis bersemangat. Dia                               alias motor gede yang harganya ratusan juta rupiah.
               meng      tang  Wira
                                                                                                Gendhis mengusap wajahnya dengan kasar, napasnya
             permainan gitar Mama dengan wajah takjub.
                                                                                            menderu. “Ini tipe orang seperti bapakku. Kasar, suka
                 Aku tak bisa menahan rasa banggaku saat melihat                            mencela, dan tidak peduli perasaan orang lain. Hih, sini
             ratusan komentar di sana. Perlahan-lahan aku menggulir                         aku saja yang membalas komennya!” Gendhis segera
             layar ke bawah untuk melihat semua komentar. Rata-rata                         menggerakkan jemarinya di layar ponsel. Namun, tiba-
             isinya pujian, tetapi … hei, siapa ini? Kurang ajar sekali!                    tiba Gendhis berhenti mengetik.
             Berani-beraninya dia berkomentar seperti itu pada Mama.
                                                                                                “Ini sudah ada komentar balasan dari mamamu,”
                 Permainannya jelek, kasar, kotor. Padahal katanya                          katanya.
             guru gitar. Jangan-jangan guru palsu? Shame on you,
                                                                                                Oh? Aku jadi penasaran. Apa jawaban Mama, ya?
             Madam!
                                                                                            Mengapa Mama tak pernah bercerita padaku kalau beliau
                 Dadaku bergemuruh hebat, wajahku memanas.                                  mendapat komentar buruk seperti ini? Aku bergegas
             Orang ini sungguh tak punya sopan santun. Mamaku                               membaca layar ponsel yang diacungkan Gendhis ke
             adalah guru gitar berpengalaman. Mama sudah main gitar                         wajahku.
             sejak SD. Berani-beraninya dia bilang bahwa permainan
                                                                                                “Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk
             Mama jelek?
                                                                                            menonton dan memberikan komentar. Semoga ke
                 “Ben, kamu tidak apa-apa?” Gendhis memandangiku                            depannya permainan gitar saya bisa semakin menghibur”
             dengan khawatir.                                                                   Aku,  Gendhis,  dan  Wira  saling  berpandangan.
                 Wira  lalu  mengambil  ponsel  dari  tanganku  dan                         Mengapa Mama tidak marah? Mengapa Mama malah

             melihat apa yang kubaca tadi. “Hooo, bocah sedeng! Asal                        berterima kasih? Ah, ini tidak bisa dibiarkan.
             ngomong saja dia. Ayo kita balas komennya,” ajak Wira.
                                                                                                “Orang jahat ya harus kita balas jahat,” geram
                 “Ya, orang seperti ini tak bisa dibiarkan. Harus kita                      Gendhis.
             balas    ak  c      proilny    ak  dia,







             122      Misteri Drumben Tengah Malam                                                                       Bab 16 Memaafkan  123
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135