Page 20 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 20

“Mandi dulu,” kali ini Mama asyik membaca artikel                              Ya ampun, aneh-aneh saja Mamaku ini. Seharusnya
             daring dari laptopnya.                                                         aku peka. Mama saja jarang mandi, tak mungkin Mama
                                                                                            memaksaku mandi.   Ya sudah, ini risiko memiliki Mama
                 Kusodorkan tangan, pipi, dan rambutku ke Mama.
             “  W  k  F      Jang                                                           yang suka bercanda.
             mandi terus,” ujarku jengkel.                                                      Aku buru-buru ke kamar dan melakukan panggilan
                                                                                                Ry  Kupamerk  kamark  t
                 Mama melongo. Tak berapa lama, tawanya pun pecah.
                                                                                            besar dan pohon-pohon di depannya.
             “Woii anak bujang ganteng. Siapo pulo yang nyuruh kau
             mandi. Passwordnya MANDI DULU, pakai spasi. Oke?”                                  “Hati-hati, jangan kau buka jendelamu lebar-lebar.
                                                                                            Setuwou  alias kuntilanak di pohon itu bisa mampir ke
                                                                                            kamarmu!” goda Ryan.

                                                                                                “Ambo idak takut kuntilanak. Mungkin kuntilanaklah
                                                                                            yang takut padaku,” aku menepuk dadaku dengan bangga.

                                                                                                Aku tidak sedang membual. Akulah satu-satunya
                                                                                            anak yang tidak lari terbirit-birit ketika mendengar suara
                                                                                            erangan dari dalam Benteng Marlborough. Kata teman-
                                                                                            temanku, itu pasti suara hantu tentara Inggris. Ah, omong
                                                                                            kosong.  Paling-paling  itu  suara  Etek  Rusli  yang  sering
                                                                                            jengkel karena kami berteriak-teriak dan berlarian dalam
                                                                                            benteng.

                                                                                                Ryan dan aku mengobrol banyak malam itu. Dia
                                                                                            menceritakan suasana kelas tanpaku. Ternyata dia sedih
                                                                                            juga, tak ada lagi kawan untuk menghitung uban bulu
                                                                                            hidung Pak Helmi, wali kelas kami.

                                                                                                Kami mengenang kebiasaan-kebiasaan jail kami,
                                                                                            termasuk tertawa keras ketika Pak Helmi memakai kemeja
                                                                                            yang motifnya persis gorden di rumah Ryan. Ryan sampai
                                                                                            terkentut-kentut dan membuat seisi kelas heboh dengan
                                                                                            aromanya. Untunglah Pak Helmi tak marah. Beliau malah
                                                                                            ikut menertawakan nasibnya memiliki kemeja itu.




              12      Misteri Drumben Tengah Malam                                                                        Bab 2 Hai, Yogya!  13
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25