Page 18 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 18

“Kita lewat gang kecil ini saja. Di peta nampak                            Aku bisa merasakan semilir angin yang sejuk dan berbau
             biru,” kata Pak Sopir sambil menunjukan aplikasi peta di                       aroma kuini.
             ponselnya. Warna merah di mana-mana, artinya macet.
                                                                                                Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Wii! Apakah ada wii
                 Papa setuju. Kami pun terbebas dari kemacetan.                             di rumah ini? Aku bergegas mencari Mama. Ternyata,
                                                                                                melakuk  pang    deng
                 “Itu sekolahmu,” kata Papa saat kami melewati
                                                                                            Dang.
             sebuah gedung bertuliskan SMP Abicandra. “Abicandra
             artinya cahaya kepintaran. Kamu anak pintar, nah  di                               “Mama … Ma!” bisikku.
             sekolah ini nanti kamu akan mendapatkan cahaya,” wajah
                                                                                                Mama    menoleh   sekilas  sambil  mengibaskan
             Papa nampak serius saat bicara.
                                                                                            tangannya, tanda tak mau diganggu.
                 “Maksud Papa? Cahaya apa? Cahaya kebenaran? Apa                                Ih, Mama curang. Mama bisa langsung mengobrol
             aku harus belajar ilsafat di sini? Mencari kebenaran?” aku                     asyik. Sedangkan aku?
             mulai panik. Aku tak suka ilsafat. Di rumah banyak buku-
             buku ilsafat milik Papa, tak ada satu pun yang menarik                             “Mama, apa passwor  wiinya?” aku tak mau lagi
             perhatianku.                                                                   berbisik. “Halo, Mak Dang!” aku melambaikan tangan
                                                                                            pada Mak Dang di kamera.
                 “Cahaya matahari, dong! Ya masa ke sekolah tanpa
             cahaya. Kalau tidak ada matahari, lampu pun boleh,”                                 “Apo  kabar kau, Bujang? Cepat betah kau di sana,
             Papa terbahak-bahak sampai perut buncitnya bergoyang.                          ya!” Mak Dang balas melambaikan tangannya padaku.
             Duh, candaan yang garing!                                                          Aku mengangguk, “Ma, apa passwordnya?” tanyaku
                 Tak berapa lama kemudian, kami tiba di rumah                               lagi.
             dinas. Rumahnya kecil sekali dibandingkan rumah kami di                            “Mandi dulu,” sahut Mama.
             Bengkulu. Namun, rumah ini rindang. Halamannya penuh
                                                                                                “Passwordnya dulu, Ma. Faben nak video call  sama
             bunga. Wah, Mama pasti betah. Mama suka sekali bunga.
                                                                                            Ryan, nih.”
                 “Sst, jangan kau bandingkan. Tanah di Bengkulu
                                                                                                “MANDI DULU!” Mama malah melotot padaku.
             harganya masih murah. Di sini … wow!” Mama seolah
             mengerti kekagetanku.                                                              Ya  sudah,  aku  mandi  saja  dulu.  Enak  juga  mandi
                                                                                            siang-siang begini, apalagi setelah perjalanan jauh.
                 Meski kecil, rumah ini tampak bersih. Kamarku
             terletak di lantai dua, dengan jendela kayu yang besar                             Usai mandi, aku kembali menagih password.
             menghadap ke pohon rambutan dan kuini yang berjejer.





              10      Misteri Drumben Tengah Malam                                                                        Bab 2 Hai, Yogya!  11
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23