Page 19 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 19

“Kita lewat gang kecil ini saja. Di peta nampak  Aku bisa merasakan semilir angin yang sejuk dan berbau
 biru,” kata Pak Sopir sambil menunjukan aplikasi peta di   aroma kuini.
 ponselnya. Warna merah di mana-mana, artinya macet.
                   Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Wii! Apakah ada wii
 Papa setuju. Kami pun terbebas dari kemacetan.   di rumah ini? Aku bergegas mencari Mama. Ternyata,
                   melakuk  pang    deng
 “Itu sekolahmu,” kata Papa saat kami melewati
               Dang.
 sebuah gedung bertuliskan SMP Abicandra. “Abicandra
 artinya cahaya kepintaran. Kamu anak pintar, nah  di  “Mama … Ma!” bisikku.
 sekolah ini nanti kamu akan mendapatkan cahaya,” wajah
                   Mama    menoleh   sekilas  sambil  mengibaskan
 Papa nampak serius saat bicara.
               tangannya, tanda tak mau diganggu.
 “Maksud Papa? Cahaya apa? Cahaya kebenaran? Apa   Ih, Mama curang. Mama bisa langsung mengobrol
 aku harus belajar ilsafat di sini? Mencari kebenaran?” aku   asyik. Sedangkan aku?
 mulai panik. Aku tak suka ilsafat. Di rumah banyak buku-
 buku ilsafat milik Papa, tak ada satu pun yang menarik   “Mama, apa passwor  wiinya?” aku tak mau lagi
 perhatianku.   berbisik. “Halo, Mak Dang!” aku melambaikan tangan
               pada Mak Dang di kamera.
 “Cahaya matahari, dong! Ya masa ke sekolah tanpa
 cahaya. Kalau tidak ada matahari, lampu pun boleh,”  “Apo  kabar kau, Bujang? Cepat betah kau di sana,
 Papa terbahak-bahak sampai perut buncitnya bergoyang.   ya!” Mak Dang balas melambaikan tangannya padaku.
 Duh, candaan yang garing!  Aku mengangguk, “Ma, apa passwordnya?” tanyaku
 Tak berapa lama kemudian, kami tiba di rumah  lagi.
 dinas. Rumahnya kecil sekali dibandingkan rumah kami di  “Mandi dulu,” sahut Mama.
 Bengkulu. Namun, rumah ini rindang. Halamannya penuh
                   “Passwordnya dulu, Ma. Faben nak video call  sama
 bunga. Wah, Mama pasti betah. Mama suka sekali bunga.
               Ryan, nih.”
 “Sst, jangan kau bandingkan. Tanah di Bengkulu
                   “MANDI DULU!” Mama malah melotot padaku.
 harganya masih murah. Di sini … wow!” Mama seolah
 mengerti kekagetanku.   Ya  sudah,  aku  mandi  saja  dulu.  Enak  juga  mandi
               siang-siang begini, apalagi setelah perjalanan jauh.
 Meski kecil, rumah ini tampak bersih. Kamarku
 terletak di lantai dua, dengan jendela kayu yang besar  Usai mandi, aku kembali menagih password.
 menghadap ke pohon rambutan dan kuini yang berjejer.





 10  Misteri Drumben Tengah Malam            Bab 2 Hai, Yogya!  11
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24