Page 13 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 13

Mana bisa Mamamu tidur jika tak melihat wajah anak  Biasanya, Ibu Selvi akan keluar dan melotot. Namun,
 semata wayangnya ini?” Papa mengucek  rambutku  kali ini kucir Selvi yang nongol. Tumben.
 gemas.
                   “Woi,  Faben.  Ambo  dengar kau nak   pindah ke
 Kupandangi Mama yang nampak H2C alias harap-  Yogy  Semog    y    Sel
 harap cemas menunggu jawabanku. “Tidak! Faben idak   senyum manisnya. Bukan padaku, tetapi pada makhluk di
 mau pindah. Faben nak ikut Mak Dang saja!” bisikku lirih   sebelahku yang cengirannya semakin lebar saja. Duh, ada
 dengan mata semakin memanas. Sebenarnya aku tak  pucuk ubi pula di giginya!
 tega melihat wajah Mama, tetapi bagaimana lagi?
                   “Iya.  Eh,  cak mano dengan les gitarmu? Kau kan
 “Assalamualaikum!”  teriakan  seseorang  mem-  les pada Mamaku. Sayang banget kalau harus berhenti,”
 buyarkan pembicaraan kami.   aku  berharap  Selvi  tetap  les  agar  Mama  bisa  tinggal  di
               Bengkulu.
 Itu suara Ryan. Papa memintaku untuk menemui
 Ryan terlebih dahulu. “Wa’alaikum salam,” jawabku pada   Selvi terkikik.
 Ryan yang tak turun dari sepedanya.
                   Kucirnya yang diberi pita batik besurek (aku yakin pita
 “Hei,  napo  kau nangis?” tanya Ryan sambil  itu dibuat dari sisa kain seragam bapaknya) bergoyang-
 mendekatkan wajahnya ke wajahku.   goyang.

 Apa-apaan, sih? Aku tidak menangis! Aku hanya  “Kau  iko  hidup di zaman modern, Faben. Bukan
 merasa … hm, apa, ya? Aku sendiri bahkan tidak tahu apa   zaman purbakala. Kini kita bisa les daring. Masa kau lupa
 perasaanku saat ini.   saat pandemi? Saat itu, aku tetap les gitar, kan?”

 Aku lalu bercerita pada Ryan tentang rencana kedua   Ryan menepuk pundakku. “Tak usah khawatir, my
 orang tuaku. Kupikir Ryan bakal sedih, tetapi sepertinya   friend. Kau nak  pindah ke mana pun, kita tetap bisa
 tidak. Ah, jangan-jangan dia tak menganggapku sebagai  berteman. Jangankan Yogya, ke Antartika pun tak
 teman baiknya?  masalah. Asalkan paket data internetmu cukup, hahaha!”
               lagi-lagi pucuk ubi di gigi Ryan nongol.
 “Ayo kita keliling-keliling. Ambo  tak tega melihat
 wajah kau muram sekali,” ajak Ryan.   Hm, Ryan benar juga. Ada banyak aplikasi yang
               memudahkan     kami   berkomunikasi  nantinya.  Aku
 Aku menurut. Kukeluarkan sepedaku dan berpamitan
               memandangi mereka berdua lekat-lekat. “Janji ya, kita
 pada Papa dan Mama.
               tetap saling ngobrol kalau aku sudah pindah.”
 “Yuhu,  Selviiii  …!”  Ryan  mulai  berteriak  kecentilan
 saat kami melewati rumah Selvi.  Ryan dan Selvi kompak mengangguk.




 4  Misteri Drumben Tengah Malam               Bab 1 Pindah?   5
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18