Page 114 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 114

Puluhan  mata  memandang  dari  balik  dinding                                  Kesunyian ini membuat Jalu curiga. Jangan-jangan
            bambu bermotif silang Bale Patemon. Mereka seolah                               suaranya sangat lantang, pikirnya.
            tak  ingin  melewatkan  satu  kata  pun  yang  terucap                              “Konten itu.…”
            dari para tetua adat. Jalu sempat mendengar beberapa
            kerabat yang menghalau para penonton, tetapi tampak                                 Rasa  bersalah  membuat  kepercayaan  diri  Jalu
            sia-sia saja.                                                                   menguap. Pita suaranya bergetar dengan tidak stabil.
                                                                                            Dia  tidak  yakin  dengan  ucapannya  sendiri.  Namun,
                Jalu duduk di tengah-tengah ruangan, sendirian. Dia                         tak  satu  pun  komentar  terdengar  di  telinga  Jalu.
            sengaja tak memberi tahu Ijad perihal dirinya dipanggil                         Uwak  Tatang  menunggu  penjelasannya.  Dia  hanya
            oleh tetua adat. Baginya, ini adalah bagian dari tanggung                       memandang, tanpa menyela.
            jawabnya. Dia tidak ingin menimbulkan masalah bagi
            temannya. Bagaimanapun, Ijad adalah warga Sanaga.                                   Jalu  menghela  napas.  Meski  terseok,  dia  melawan
                                                                                            rasa jeri di hatinya. Dia tahu, dia harus bicara.
                Di hadapannya, Jalu melihat Uwak Tatang duduk
            di antara Punduh Adat dan Lebe. Ada sedikit gentar                                  “Awalnya,  abdi  hanya  ingin  mendapatkan  uang
            mampir  saat  dia  menatap  Uwak  Tatang.  Garis-garis                          tambahan dari membuat video. Kalau video itu ditonton
            wajah  Uwak  Tatang  mengingatkan  Jalu  pada  Abah.                            banyak orang, Jalu akan mendapatkan bayaran. Tapi,
            Tulang pipi dan bentuk rahang mereka seolah terbuat                             abdi tidak menyangka bahwa itu akan mencoreng nama
            dari  cetakan  yang  sama.  Suara  mereka  pun  nyaris                          Kampung Naga dan membuat kehebohan. abdi salah,”
            senada, berat dan membahana. Juga, tatapan matanya.                             ungkap abdi. Kepalanya makin dalam tertunduk.

                Jalu merasa sedang ditatap oleh Abah saat Uwak                                  Jalu mengintip wajah Uwak Tatang dengan sisa
            Tatang memandang ke arahnya. Sedalam apa pun Jalu                               keberaniannya.  Tangan  Uwak  Tatang  terlipat  di
            menunduk, dia merasa tak bisa bersembunyi. Perasaan                             depan dada. Sementara wajahnya makin lama makin
            malu menggerogotinya. Terutama karena, kali ini, dia                            merah.  Alisnya  yang  hitam  dan  tebal  bergerak  ke
            telah mencoreng nama Kampung Naga.                                              dalam hingga bertemu di bagian tengah dahinya yang
                                                                                            mengerut. Hati Jalu makin ciut.
                “Saya— eh, abdi—“ ucap Jalu terbata-bata.
                                                                                                “Jalu  berjanji  tidak  akan  mengulanginya  lagi,”
                Dengung kasak kusuk yang sedari tadi menembus                               bisik Jalu.
            lewat jendela Bale Patemon mendadak sunyi.

                “―membuat konten.”


            106       Mengejar                                                                                            Hari Paling Buruk  107
                                                                                                                                 Bab 11
                      Haruto
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119