Page 117 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 117

Jauh di dalam hati, Jalu menyadari janjinya tidaklah   “Untuk  sementara,  Kampung  Naga  akan  ditutup
 cukup. Dia telah melakukan hal yang tak termaafkan.   untuk  umum,  sampai  keadaan  lebih  tenang,”  kata
 Dia  telah  mengobrak-abrik  ketenangan  Kampung   Uwak Tatang lagi.
 Naga.  Jalu  ingin  memperbaikinya,  tetapi  tidak  tahu   Kepala Jalu makin dalam tertunduk. Kini, tidak ada
 mulai dari mana.
               lagi celah baginya untuk meraih mimpinya pergi ke Jepang.
 “Untuk  apa?”  Suara  Uwak  Tatang  bergema  di   Selamat tinggal, Desa Shirakawa, pekik Jalu dalam hati.
 gendang telinganya.  “Jalu sudah tahu apa yang harus dilakukan?” tanya

 Jalu  tak  yakin  dengan  arah  pertanyaan  Uwak   Uwak Tatang.
 Tatang. Apakah Uwak Tatang menanyakan untuk apa dia
 membuat konten? Rasanya tadi sudah dijelaskan. Ataukah   Akhirnya.
 dia  bertanya  tentang  tujuannya  membuat kehebohan  di  Jalu  mengangguk.  Dia  sudah  menjanjikan  tidak
 Kampung Naga?  akan  membuat  kehebohan  lagi.  Dia  harus  menutup
 “Untuk bekal pergi ke Jepang,” ucap Jalu. Suaranya   konten itu selamanya.
 nyaris lebih pelan dari desisan angin.  ***

 Hening.           Kalau saja di Bale Patemon ada pintu Doraemon
 “Kampung  Naga  mengutamakan  ketenangan,   yang  bisa  mengantarkan  ke  mana  saja,  Jalu  ingin
 bukan kesenangan,” sabda Uwak Tatang.  sekali  melewatinya  dan  langsung  sampai  di  rumah.
 Perasaan  Jalu  tak  karuan.  Kalimat  itu  seolah   Tidak,  tidak.  Bukan  ke  rumah,  melainkan  langsung  ke


 menjadi mantra bagi warga Kampung Naga. Kalimat   sisi  Abah  atau  bahkan  di  Desa  Shirakawa. Ah, kalau







 itu digaungkan berulang-ulang seperti sebuah rapalan   ada pintu  itu, Jalu  yakin tidak akan ada masalah di



 doa; ketenangan, bukan kesenangan.  Kampung  Naga. Dia tidak perlu  membuat  konten.




               Namun nyatanya, tidak ada pintu  ke  mana saja. Jalu


  “Adat bukan tontonan, melainkan tuntunan,” ucap   harus  menghadapinya.
 Uwak Tatang lagi.


                   Jalu  sebisa mungkin menegakkan kepala.  Jalu

 Jantung Jalu berdegup kencang. Rasanya, dia tak   bertekad menghadapi puluhan mata yang  mengarah




 sanggup lagi mendengar lebih banyak. Dia sudah bisa   kepadanya.  Rasanya, pandangan mata itu  mampu



 menebak setelahnya. Dia ingin sekali menutup telinga,   menembus  hingga ke  tulang  rusuk yang  ditutupi


 agar suara Uwak Tatang tak terekam selaput telinganya.
 108  Mengejar                               Hari Paling Buruk  109
                                                     Bab 11
 Haruto
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122