Page 66 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 66
Gara-gara kehausan akibat berjam-jam di kedai
kopi bersama Ijad, Jalu harus mengeluarkan lembar
terakhir di dompetnya. Alhasil, hari ini dia tak “Euleuh. Bukannya kemarin ada yang sesumbar
mempunyai sepeser pun uang. akan pergi ke Jepang apa pun caranya? Kenapa duit saja
masih minta?” ujar Utari menyindir.
Kalau ada yang tidak disukai Jalu pada Utari
adalah kepandaiannya berbicara dan berdebat. Mulut
Utari ceplas-ceplos, seolah tak punya rem. Jalu
menyesal sudah mengajukan permintaan itu. Jalu
juga menyesal kenapa tadi tak meminta uang saku
dulu pada Ambu. Dia tahu Utari akan menyindir dan
meledeknya habis-habisan. Dia merasa sangat bebal
karena tetap memintanya.
“Ah, kamu.” Jalu menggerutu. Emosinya tersulut.
Jalu tahu Utari hanya ingin meledeknya, tetapi tetap
saja perasaannya jadi kesal. “Dikasih enggak, nih?”
“Usaha dong!” tukas Utari tampak penuh
kemenangan.
Jalu memberengut. Dia ingin membalas, tetapi
sebuah kepala menyeruduknya dari belakang.
“Selamat pagi, putra mahkota,” sapa Ijad yang tahu-
tahu berada di antara Jalu dan Utari.
“Ah, partner bisnisku,” sambut Jalu sambil berlagak
cuek pada Utari.
Anak laki-laki berambut lurus dan berkening
menonjol ini menyeringai girang.