Page 6 - 4410121014_WIDIANA_SANGIRAN_K14
P. 6

orogenesa (pengangkatan dan penurunan permukaan tanah) dan kekuatan getaran

                           di bawah permukaan bumi (endogen) maupun di atas permukaan bumi (eksogen).
                           Aliran  Sungai  Cemoro  yang  melintasi  wilayah  tersebut  juga  mengakibatkan

                           terkikisnya  kubah  Sangiran  menjadi  lembah  yang  besar  yang  dikelilingi  oleh
                           tebing-tebing terjal dan pinggiran-pinggiran yang landai. Beberapa aktifitas alam

                           di atas mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah / formasi periode   pleistocen

                            yang  susunannya  terbentuk  pada  tingkat  –  tingkat   pleistocen bawah  (lapisan
                           Pucangan),  pleistocen  tengah  (lapisan  Kabuh),  dan pleistocen atas  (lapisan

                           Notopuro). Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di lapisan-lapisan tersebut

                           berasosiasi  dengan  fosil-fosil  fauna  yang  setara  dengan  lapisan  Jetis,  lapisan
                           Trinil, dan lapisan Ngandong.


                               Tahun  1934  antropolog  Gustav  Heinrich  Ralph  von  Koenigswald  memulai
                           penelitian di area tersebut dan menemukan beberapa alat sepih yang terbuat dari

                           batu  kalsedon  di  atas  bukit  Ngebung,  arah  Baratlaut  Kubah  Sangiran.  Von

                           Koenigswald adalah seorang ahli paleoantropologi dari Jerman yang bekerja pada
                           pemerintah  Belanda  di  Bandung  pada  tahun  1930-an.  Setelah  mencermati

                           laporan-laporan  berbagai  penemuan  balung  buta  (“tulang  buta/raksasa”)  oleh
                           warga dan diperdagangkan.


                               Saat itu perdagangan fosil mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang

                           paha Pithecanthropus  erectus (“Manusia  Jawa”)  oleh  Eugene  Dubois  di  Trinil,
                           Ngawi, tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah Bengawan Solo, kira-

                           kira 40 Km timur Sangiran. Dengan dibantu oleh Toto Marsono, pemuda  yang

                           kelak  menjadi  lurah  Desa  Krikilan,  setiap  hari  von  Koenigswald  meminta
                           penduduk untuk mencari balung buta, yang kemudian ia bayar.


                               Von  Koenigswald  adalah  orang  yang  telah  berjasa  melatih  masyarakat

                           Sangiran untuk mengenali fosil dan cara yang benar untuk memperlakukan fosil
                           yang  ditemukan.  Pada  tahun-tahun  berikutnya,  hasil  penggalian  menemukan
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11