Page 26 - SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
P. 26
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
hidup secara nomaden, keterampilan navigasi begitu esensial bagi kelangsungan
hidup mereka.
Bangsa Arab pra-Islam belum mengenal tulis-baca secara meluas.
Tidak pula terdapat kegiatan pendidikan yang formal di kalangan bangsa
Arab. Kemampuan tulis-baca dan pendidikan formal hanya terdapat di kalangan
yang sangat terbatas, kebanyakannya adalah masyarakat Yahudi dan
Kristen kawasan ini. Karenanya, nilai-nilai yang terkandung dalam syair-
syair mereka dan keterampilan hidup yang terbungkus dalam keahlian
navigasi diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui jalur
transmisi lisan semata. Hal inilah yang melatar belakangi adanya kebanggaan
yang sangat tinggi terhadap kemampuan hafalan di kalangan bangsa Arab.
Menarik untuk melihat bahwa ternyata daerah yang relatif kurang
berkembang secara intelektual ini, dalam kenyataannya, diapit oleh dua
peradaban yang memiliki akar intelektual sangat tinggi, yakni Persia di
sebelah Timur dan Yunani di sebelah Barat. Kedua peradaban ini secara
berurutan disangga oleh struktur politik kerajaan Sasaniyah dan Bizantium.
Pada gilirannya nanti, kedua peradaban ini memiliki peran historis yang
penting dalam kemajuan intelektual Muslim. Keduanya berperan sebagai
penyedia bahan awal bagi aktivitas intelektual umat Islam. Bagian yang
cukup besar dari sejarah intelektual Islam berkaitan dengan kedua peradaban
tersebut, sebagaimana akan terlihat dalam pembahasan kemudian.
B. Alquran dan Pendidikan
Di atas telah dijelaskan secara ringkas kondisi intelektual masayarakat
Arab sebelum datangnya agama Islam. Ke tengah konteks semacam itulah
kitab suci umat Islam, Alquran al-Karim, diturunkan pada awal abad ke-7
(611M); yakni ke tengah sebuah bangsa kurang mengenal kegiatan intelektual,
namun diapit oleh dua peradaban kuna yang sangat tinggi. Uniknya,
Alquran datang dengan pesan intelektual yang sangat jelas dan kental.
Alquran turun dengan ayat pertama yang berisi perintah membaca: Iqra’.
Dengan perintah membaca sebagai ayat pertama, Alquran menantang
keseluruhan bangunan budaya keilmuan masyarakat Arab kala itu. Ini
tidak lain karena membaca mengasumsikan adanya tulisan untuk dibaca,
sementara di kalangan bangsa Arab saat itu aktivitas menulis bukanlah
16