Page 19 - E-MODUL PABRIK GULA KEDAWUNG "SALAH SATU BUKTI KEJAYAAN GULA DI PASURUAN"
        P. 19
     Penggunaan alat transportasi tradisional tersebut ternyata masih belum bisa
        mengatasi  masalah  pengangkutan  hasil  produksi  karena  masih  belum  ada  alat
        transportasi yang mendukung. Kemudian atas dorongan para pengusaha swasta,
        pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun alat transportasi baru
        yang lebih efisien yaitu dengan cara membangun dan mengoperasikan kereta api
        dan  trem  (Suhartono,  1995:  34-35).  Pembangunan  jalur  rel  Surabaya-Pasuruan-
        Malang dan Surabaya-Pasuruan-Probolinggo membuat hubungan antar daerah-
        daerah  tersebut  semakin  mudah  dan  semakin  memperlancar  aktivitas  ekonomi
        yang  ada.  Pembangunan  jalur  ini  membuat  posisi  pasuruan  yang  berada  di
        tengah-tengah dan menjadi penghubung kedua kota tersebut mulai banyak dilirik
        oleh  para  pengusaha  swasta.  Selain  itu,  Pasuruan  yang  menjadi  pusat
        karesidenan dan merupakan wilayah yang subur dengan banyaknya perkebunan-
        perkebunan dan pabrik gula sangat berpotensi untuk dibangunkan jalur rel juga.
             Jalur pertama kali dibangun adalah jalur Pasuruan-Warungdowo pada tanggal
        12  Mei  1893  dan  berhasil  dibuka  untuk  publik  pada  tanggal  21  Mei  1896.  Jalur
        Pasuruan-Warungdowo  dibangun  sepanjang  6  km.  berdasarkan  keputusan
        gubernur  jenderal  tanggal  26  Maret  1891  no.1.  pada  tanggal  8  Desember  1894
        Pasoeroean  Stoomtram  Maatschappij  (PsSM)  juga  telah  diberi  izin  untuk
        membangun  jalur  Warungdowo  ke  pabrik  gula  bekasi-timur  (Winongan).
        Pembangunan  trem  tersebut  ditujukan  untuk  pengangkutan  orang  dan  barang
        dengan  modal  sebesar  f3.000  dan  harus  sepenuhnya  selesai  dan  dioperasikan
        dalam  waktu  tiga  tahun  setelah  izin  diberikan.  Pengembangan  jalur
        Warungdowo-bekasi  timur  (Winongan)  akhirnya  selesai  dan  dibuka  untuk  publik
        pada tanggal 26 Maret 1898 sepanjang 10,5 km.
              Penggunaan  alat  transportasi  tradisional  seperti  dokar  dan  pedati  memiliki
        banyak  kekurangan  jika  dibandingkan  dengan  trem  yang  menggunakan  tenaga
        mesin.  Misalnya  dalam  hal  mengangkut  penumpang,  jika  menggunakan  dokar
        hanya mampu mengangkut 4 sampai 5 orang sedangkan jika menggunakan trem
        dapat mengangkut lebih banyak dari itu. Kekurangan lain yang dimiliki oleh alat
        transportasi  tradisional  adalah  masalah  kecepatan  atau  waktu  tempuh.  Jika
        menggunakan  alat  transportasi  tradisional  waktu  yang  dibutuhkan  dalam  sekali
        tempuh sangat lama karena hewan penggerak membutuhkan istirahat dan makan
        untuk  mengisi  tenaganya  dan  jika  dipaksakan  hewan  penggerak  tersebut  bisa
        mati di jalan. Sedangkan jika menggunakan alat transportasi modern waktu yang
        dibutuhkan lebih cepat dan lebih efisien karena dapat mengangkut penumpang
        dan barang dalam sekali jalan.
                                                                                                                   16
     	
