Page 579 - THAGA 2024
P. 579
Galang cukup terkejut mendengarnya, tetapi apa boleh
buat, Tuhan pasti punya maksud di balik semua itu, termasuk
juga nasibnya kini. “Sudahlah, Dik, kita doain saja yang terbaik,”
sahutnnya bijak.
“Tapi ... apakah Mas masih ada keinginan untuk kembali
dengannya suatu saat nanti?” telisik Nastiti dengan hati-hati.
Dia menunduk, sibuk memainkan ujung jilbabnya, menghindari
tatapan elang milik Galang.
Galang tersenyum lalu menangkupkan kedua tangannya
pada wajah ayu yang terbingkai khimar merah muda itu.
Manik mata mereka kini beradu. “Hei, nggak ada yang lebih
mengerti Mas selain kamu sekarang ini, Dik. Bahkan saat dunia
berakhir sekali pun, kamu yang akan Mas pilih,” ungkapnya
penuh keseriusan. Sungguh, dia tak ingin lagin menyia-nyiakan
ketulusan yang telah diberikan oleh Nastiti selama ini.
Seiring waktu, cinta mereka pun makin kokoh, kesehatan
Galang pun perlahan membaik. Meski penyakit autoimun
SLE-nya belum sembuh sepenuhnya, dia belajar untuk hidup
berdampingan dengan kondisi tersebut. Bersama Nastiti dan
dukungan dari orang-orang terdekatnya, dia berusaha menata
kembali hidup. Pelan tapi pasti, mereka menyadari bahwa
hidup ini adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan liku-
liku. Namun, selama mereka bersama dan terus berpegang
pada keyakinan serta restu orang tua, segala tantangan pun
dapat dilalui dengan baik.
Dan begitulah, di dalam kehidupan yang sederhana dan
penuh syukur Galang dan Nastiti menemukan makna sejati dari
kebahagiaan. Bukan dalam materi pencapaian, tetapi dalam
kebersamaan dan cinta yang tulus. Mereka berjanji untuk terus
berjalan bersama, menulis cerita kehidupan yang indah, dan
menjadi inspirasi bagi banyak orang.
THAGA 571
GALGARA