Page 574 - THAGA 2024
P. 574
membawa cokelat hangat. Kakinya yang dibalut sepatu
Onitsuka Tiger warna putih melangkah tenang menuju ranjang
Al. Dialah Nastiti yang kini menjadi perempuan bumi versi syari.
“Assalamualaikum.” Tangannya menyahut tangan Al, lalu
menciumnya. “Sudah membaik, Mas? Bagaimana informasi
hasil dari dokter tadi?”
Dengan sabar dan telaten, kini tangannya beralih memijat
kaki Al yang terbaring dengan kesadaran berkurang efek
meminum obat penenang.
“HIV-ku non reaktif, tapi aku divonis mengidap autoimun
SLE, Nas.”
“Alhamdullilah, Mas. Kalo kata Gus Baha kita itu harus
banyak bersyukur dalam keadaan apa pun. Dan untuk bahagia
itu gak harus nunggu punya segalanya. Kalo kita bisa mencari
kebahagiaan yang sederhana, maka kita sesungguhnya lebih
cerdas karena gak nunggu mencapai suatu hal yang susah kita
capai.”
“Aduh, kamu ngomong apa sih, Dek. Nih baca, pesan dari
Ester sama Inka. Aku semakin gak percaya dengan komitmen
manusia. Memang benar manusia itu lebih menakutkan dari
hantu, karena manusia gak pernah bisa diprediksi.”
“Mas, masih inget gak apa yang pernah adek katakan, jika
orang yang banyak mengatakan tentang dirinya yang setia dan
komit itu biasanya hanya dimulut. Dia hanya membersamaimu
saat kamu ada, tapi saat kamu kekurangan dan melakukan
kesalahan, belum tentu dia mau membersamaimu. Selain itu,
menurutku, manusia itu dinamis, Mas. Dan komitmen itu bisa
berubah jika untuk kebaikan bersama. Lalu mas juga harus
inget, segala sesuatu yang tidak ada rida dari orang tua itu akan
berat.”
566 THAGA
GALGARA