Page 17 - EBOOK_Peribahasa Jawa Sebagai Cerminan Watak Sifat dan Perilaku Manusia Jawa
P. 17

bebasan,  atau  saloka.  Pada  prins1pnya  istilah  tersebut  sama  dengan
     pengertian tentang  kiasan.
         Dalam  buku  Ngengrengan  Kasusastran  Jawi  (1958:  56--76),
     Padmosoekotjo  memberikan  penjelasan  prinsip tentang  tembung  entar.
     Tembung entar itu berupa kiasan dengan struktur kata maupun kalimanya
     tetap.  Seandainya terjadi  perubahan kata,  maka  hal  tersebut tidak dapat
     digolongkan  menjad1 tembung  entar  lagi.  Beberapa  peribahasa  bahasa
     Jawa yang termasuk tembung  entar paling sederhana adalah paribasan.
     Paribas an merupakan bentuk peribahasa Jawa dengan kalimat yang selalu
     konsisten tanpa perumpamaan yang berbelit.  Kias  yang digunakan tidak
     menunjukkan hal  yang berbeda sifatnya.
         Peribahasa Jawa lainnya adalah bebasan.  Ciri khas bebasan adalah
     ungkapannya  selalu  ajeg,  tetap  atau  konsisten.  Bentuk  kiasnya  dapat
     diperhatikan  dari  keadaannya.  Tidak  demikian  halnya  dengan  saloka,'
     selain pemakaiannya tetap,  yang dikiaskan adalah manusianya
         Selain bentuk-bentuk  kias  tersebut di  atas,  ada beberapa kata atau
     kalimat bahasa Jawa yang menggunakan bentuk kias. Bentuk itu  dalam
     bahasa Jawa dinamakan pepindhan,  sanepa,  dan isbat.
         Dalam  artikelnya  yang  berjudul  "Peribahasa  Dalam  Bahasa Jawa:
     Relevansinya  dengan  Masalah-Masalah  Kekinian" ,  yang  dimuat  pada
     Pusaran  Bahasa  dan  Sastra  Jawa  (1993),  Edi  Setyanto  memberikan
     gambaran tentang definisi dasar berkaitan dengan pepindhan, sanepa, dan
     is bat.
         Menurut  Setyanto,  pepindhan  adalah  jenis  peribahasa  Jawa  yang
     menggambarkan  tingkah-laku  atau  watak manusia,  keadaan,  atau  suatu
     barang.  Perumpamaannya  dapat  digunakan  hewan,  tumbuhan,  barang,
     atau  wayang.  Pesan  yang  disampaikan dapat  berupa teguran,  penjelas,
     dan  sesuatu  yang  situasional.  Contoh:  padhune  ngeri  'tutur  katanya
     berduri'; nus up ayam ngalas 'menyusup seperti ayam alas'; nrenggiling
     api mati  'seperti trenggiling pura-pura mati '.
         Sanepa adalah peribahasa Jawa yang menggambarkan tingkah-laku
     atau  watak manusia dan keadaan.  Sebagai perumpamaannya dapat digu-
     nakan  barang  atau  hewan.  Pesan  yang  disampaikannya  berupa  penya-
     ngatan.  Misalnya,  anteng  kitiran,  'baling-baling  pun  masih  dianggap
     tenang' .  Ungkapan  itu  bermakna  orang  yang  dianggap  anteng  kitiran


                                                                     9
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22