Page 18 - EBOOK_Peribahasa Jawa Sebagai Cerminan Watak Sifat dan Perilaku Manusia Jawa
P. 18

adalah orang yang sangat berisi.  Rongeh  'banyak tingkah'; suwe banyu
        sinaring  'lama  air  disaring' .  Ungkapan  ini  bermakna  air  adalah  benda
         cair yang sangat mudah lewat meskipun melalui penyaring. Oleh karena
         itu,  kalau  air  yang  disaring  pun dianggap  lama,  maka sanepa tersebut
         mengartikan  sangat  singkat.  Pahit  madu  'madu  pun  masih  dianggap
        pahit'.  Ungkapan itu bermakna senyum yang pait madu berarti senyum-
         nya sangat manis'
             Is bat juga merupakan peribahasa Jawa yang menggambarkan tingkah
         laku dan watak manusia Jawa. Perumpamaan yang digunakan dalam isbat
         ini  banyak yang mempunyai pesan tentang  kebaikan manusia dan pesan
        moral.  Perhatikan contoh berikut.
             Golek  geni  adedamar  'mencari  api  dengan  menggunakan  pelita';
        ngangsu spikulan warih  'mengambil air dengan memik:ul  air'; nggoleki
        tapaking kontul nglayang  'mencari jejak burung melayang'.
             Dari beberapa  contoh peribahasa Jawa tersebut,  kit.a  mendapatkan
         adanya  kesejajaran bentuk dengan peribahasa dalam  bahasa  Indonesia,
        yaitu kiasan dalam tembung entar.  Dari pengertian tersebut, kata kiasan
        bahasa Jawa sangat luas cak:upannya jika dibandingkan dengan perumpa-
        maan dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia pengertian kiasan
         cuk:up  dinamakan dengan peribahasa. Untuk itu, berkaitan dengan pene-
         litian  ini  akan  digunakan  satu  pengertian,  yaitu  peribahasa.  Dengan
        demikian, kami sengaja tidak melakukan pernisahan secara terperinci agar
         kiasan-kiasan tersebut tidak dibedakan secara menyolok.
             Peribahasa Jawa sering digunakan oleh manusia Jawa untuk menga-
        takan hal-hal yang tidak dapat dikatakan dengan terus-terang. Orang Jawa
        dalam proses berkomunikasi mempunyai pedoman pokok berupa harmoni
        dan menghindari  pertentangan  langsung.  Mereka menggunakan periba-
         hasa  sebagai  eufimisme dalam mengungkapkan tertentu  sehingga dapat
         diterima oleh lawan komunikasinya.
             Hal  tersebut  sering dilakukan oleh manusia Jawa karena kata  atau
         kalimat biasanya diucapkan dan at.au dituliskan dengan maksud tertentu.
         Maksudnya,  setiap  kata  atau  kalimat  itu  mempunyai  makna  tertentu
         (Gillian  Brown &  George  Yule,  1996:  6).  Dalam  bahasa Jawa,  peri-
         bahasa Jawa juga mempunyai maksud tertentu.  Makna tertentu itu me-
         nempatkan peribahasa Jawa sebagai  ungkapan tertentu  yang  digunakan


         10
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23