Page 76 - BMP Workshop
P. 76
Alat peraga sebagai bagian dari sumber belajar hendaknya disediakan
oleh guru untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
siswa dalam mempelajaran matematika, sesuai dengan amanat
kurikulum 2013 (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012). The
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) juga memberikan
penekanana tentang pentingnya penggunaan alat peraga dan representasi
visual dalam pembelajaran matematika (NCTM, 2000), di samping
teknologi lainnya. Dalam penggunaan alat peraga, guru perlu mengetahui
kapan, mengapa, dan bagaimana menggunakannya. Jika tidak, siswa akan
menganggap alat peraga sebagai “mainan” pada saat pembelajaran
matematika. Bahkan jika penggunaan alat peraga tidak dirancang dengan
baik dan tidak diiringi dengan pemahaman guru yang baik terhadap
materi yang terkait dengan alat peraga, akan berakibat pada kesalahan konsep.
Penelitian Marshall (2008) terhadap guru SD dan SMP di New South Wales,
Australia, menemukan bahwa ada guru yang memberikan respon bahwa
“sometimes kids will pick up a ‘wrong’ concept from a manipulative so their
use needs guidance and supervision and follow-up, then builds better
understanding and concepts”; selain itu “the students sometimes
misunderstand the point of the lesson if it is always explained using
the same manipulatives”.
Berdasarkan kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran hendaknya
menggunakan pendekatan saintifik, yang terdiri atas kegiatan observing
(mengamati), questioning (menanya), associating (mengaitkan/menalar),
experimenting (mencoba), dan networking (menjalin kerja sama/jejaring).
Dengan demikian, penggunaan alat peraga hendaknya diawali dengan
aktivitas yang meminta siswa mengamati masalah/kasus ataupun
contoh dalam kehidupan sehari-hari, yang selanjutnya dikembangkan
dan diselidiki dengan bantuan alat peraga.
55