Page 52 - XI_MODUL Sejarah Indonesia
P. 52

Modul Sejarah Indonesia Kelas XI KD 3.2 dan 4.2

                           a. Perang Diponegoro
















                                  Perkelahian satu lawan satu tidak dapat dihindarkan lagi.
                                  Korban berjatuhan dari kedua belah pihak
                                  Perang Diponegoro atau bisa disebut juga Perang Jawa merupakan perang besar
                           yang pernah terjadi di Nusantara antara penjajah Belanda dan pasukan yang  dipimpin
                           oleh Pangeran Diponegoro. Belanda menyebut perang ini sebagai Perang  Jawa karena
                           terjadi di Tanah Jawa, khususnya Yogyakarta. Sedangkan, di Indonesia  kita lebih akrab
                           dengan sebutan Perang Diponegoro, karena Diponegoro merupakan tokoh sentral dalam
                           perang  ini.  Perang  Diponegoro yang  terjadi  selama  lima  tahun  telah menelan korban
                           tewas di pihak tentara Belanda sebanyak orang (8.000 orang  tentara Eropa dan orang
                           pribumi), sedangkan di pihak Diponegoro sedikitnya orang tewas. Selain melawan Belanda,
                           perang ini juga merupakan perang (sesama) saudara  antara  orang-orang  keraton  yang
                           berpihak  pada  Diponegoro  dan  yang  anti-  Diponegoro  (antek  Belanda).  Perang
                           Diponegoro  berawal  dari  kekecewaan  Pangeran  Diponegoro  atas  campur  tangan
                           Belanda terhadap istana dan tanah tumpah darahnya.
                                  Pangeran  Diponegoro  menyusun  barisan  dengan  nama  Perlawanan  Rakyat
                           terhadap penjajah. Dalam perjuangan tersebut, Diponegoro menggunakan langkah jitu.
                           Yakni dengan menyerukan kepada rakyat Mataram untuk berjuang bersama-sama dalam
                           menentang Koloni yang dengan jelas menindas rakyat. Seruan kemudian disebarluaskan
                           di seluruh tanah Mataram, khususnya di Jawa Tengah dan mendapat  sambutan hampir
                           sebagian besar lapisan masyarakat.
                                  Akhirnya, daerah  Selarong   penuh sesak karena dipenuhi oleh pasukan rakyat.
                           Perang  untuk  menentang  penguasa  kolonial  Belanda  meledak  dan  membakar  hampir
                           seluruh  tanah  Mataram,  bahkan  sampai  ke  Jawa  Timur  dan  Jawa  Barat.  Akhirnya,
                           peperangan  pun  tidak  dapat  dihindarkan.  Pasukan  belanda  kewalahan  menghadapi
                           pasukan  Diponegoro  selama  bertahun-tahun  lamanya.  Dalam  beberapa  pertempuran,
                           pasukan Belanda selalu kalah. Hal ini membuat pasukan Belanda dari Madura dan daerah-
                           daerah  lain  berdatangan  untuk  membantu  pasukan  di  Yogyakarta  yang  sedang
                           terserang.  Akibatnya,  pasukan  Diponegoro  banyak  yang  menderita  kekalahan  dan
                           gugur  di  medan  perang.  Pangeran  Diponegoro  juga  didukung oleh para ulama dan
                           bangsawan. Daerah-daerah lain di Jawa ikut berjuang  melawan  Belanda.  Kyai  Mojo  dari
                           Surakarta mengobarkan Perang Sabil. Antara tahun pasukan Diponegoro mampu mendesak
                           pasukan Belanda.

                                  Dalam  menangani  perlawanan  Diponegoro  tersebut,  lagi-lagi  Belanda
                           menggunakan siasat yang licik. Pada tahun 1827, Belanda mendatangkan bantuan dari
                           Sumatra  dan  Sulawesi.  Jenderal  De  Kock  menerapkan  taktik  perang  benteng  stelsel.
                           Taktik ini berhasil mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Banyak  pemimpin
                           pasukan Pangeran Diponegoro gugur dan tertangkap.



                       @2021, SMA NEGERI 7 KUPANG
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57