Page 54 - XI_MODUL Sejarah Indonesia
P. 54
Modul Sejarah Indonesia Kelas XI KD 3.2 dan 4.2
Jalannya Perlawanan Rakyat Banjar dan Pangeran Antasari Kendatipun Pangeran
Hidayat tidak menjadi Sultan Kerajaan Banjar, tetapi ia telah mempunyai kedudukan
sebagai Mangkubumi. Pengaruhnya cukup besar di kalangan rakyatnya. Campur tangan
Belanda di kraton makin besar dan kedudukan Pangeran Hidayat sebagai Mangkubumi
makin terdesak. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengadakan perlawanan
bersama sepupunya Pangeran Antasari. Di mana-mana timbul suara ketidakpuasan
masyarakat terhadap Sultan Tamjidillah II (gelar Sultan Tamjid setelah naik tahta) dan
kebencian rakyat terhadap Belanda. Kebencian rakyat lama-lama berubah menjadi bentuk
perlawanan yang terjadi di mana-mana. Perlawanan tersebut dipimpin oleh seorang
figur yang didambakan rakyat, yaitu Pangeran Antasari.
Pangeran Antasari, seorang bangsawan yang sudah lama hidup di kalangan rakyat
yang berusaha mempersatukan kaum pemberontak. Pada April 1859, pasukan Pangeran
Antasari menyerang pos Belanda di Martapura dan Pengaron. Pada Maret 1860,
bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1278 Hijriah, para alim ulama dan para
pemimpin rakyat menobatkan Pangeran Antasari menjadi Panembahan Amirudin
Kalifatul Mukminin, atau pemimpin tertinggi agama. Pangeran Antasari seorang
pemimpin perlawanan yang amat anti Belanda. Ia bersama pengikutnya, Kyai Demang
Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasin dan Haji Langlang, berhasil menghimpun kekuatan
sebanyak 3000 orang. Ia bersama pasukannya menyerang pos-pos Belanda di Martapura
dan Pengaron pada tanggal 28 April Pertempuran heat terjadi di salah satu pusat kekuatan
Pangeran Antasari, yaitu Benteng Gunung Lawak. Belanda berhasil menduduki Benteng
Gunung Lawak (27 September 1859).
Niat Belanda yang sebenarnya adalah menghapuskan Kerajaan Banjar. Hal ini baru
terlaksana setelah Kolonel Andresen dapat menurunkan Sultan Tamjidillah, yang
dianggapnya sebagai penyebab kericuhan, sedangkan Pangeran Hidayat sebagai
Mangkubumi telah meninggalkan kraton. Adanya ketidakseimbangan dalam
persenjataan dan pasukan yang kurang terlatih, menyebabkan Pangeran Hidayat harus
mengundurkan diri. Beberapa bulan kemudian Pangeran Hidayat dapat ditangkap,
akhirnya diasingkan ke Jawa pada tanggal 3 Februari Rakyat Banjar memberikan
kepercayaan sepenuhnya kepada Pangeran Antasari dengan mengangkatnya sebagai
pemimpin tertinggi agama dengan gelar Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin
pada tanggal 14 Maret Perlawanan diteruskan bersama-sama pemimpin yang lain, seperti
Pangeran Miradipa, Tumenggung Mancanegara, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar.
@2021, SMA NEGERI 7 KUPANG