Page 56 - XI_MODUL Sejarah Indonesia
P. 56
Modul Sejarah Indonesia Kelas XI KD 3.2 dan 4.2
I Gusti Ketut Jelantik, patih kerajaan Buleleng melanjutkan perlawanan. Pusat
perlawanan ditempatkannya di wilayah Buleleng Timur, yakni di sebuah desa yang
bernama desa Jagaraga. Secara geografis desa ini berada pada tempat ketinggian, di lereng
sebuah perbukitan dengan jurang di kanan kirinya. Desa Jagaraga sangat strategis untuk
pertahanan dengan benteng berbentuk supit urang. Benteng
dikelilingi parit dengan ranjau yang dibuat dari bambu untuk menghambat gerakan musuh.
Benteng Jagaraga diserang oleh Belanda, namun gagal karena Belanda belum mengetahui
medan yang sebenarnya dan siasat pertahanan supit urang laskar Jagaraga.
I Gusti Ketut Jelantik bersama seluruh laskarnya setelah memperoleh
kemenangan, bertekad untuk mempertahankan benteng Jagaraga sampai titik darah
penghabisan demi kehormatan kerajaan Buleleng dan rakyat Bali. Pada 1849, Belanda
kembali mengirim ekspedisi militer di bawah pimpinan Mayor Jenderal Michies. Mereka
menyerang Benteng Jagaraga dan merebutnya. Belanda juga menyerang Karang Asem.
Pada 1906, Belanda menyerang Kerajaan Badung. Raja dan rakyatnya melakukan
perlawanan sampai titik darah penghabisan.
f. Perang Sisingamangaraja XII
Perang Tapanuli terjadi karena kebijakan Belanda di Nusantara, dan berlaku juga di
Tapanuli, membuat rakyat mengalami penderitaan yang hebat. Banyak para petani yang
kehilangan tanah dan pekerjaannya karena diberlakukannya politik liberal yang
membebaskan kepada para pengusaha Eropa untuk dapat menyewa tanah penduduk
pribumi. Dan dalam pelaksanaanya banyak penduduk pribumi yang dipaksakan untuk
menyewakan tanahnya dengan harga murah. Untuk itu Sisingamangaraja mengadakan
perlawanan terhadap Belanda. Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII
mengadakan perlawanan terhadap Belanda:
a. Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
b. Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax Netherlandica.
Sedangkan penyebab khusus perlawanan adalah kemarahan sisingamangaraja
atas penempatan pasukan Belanda di Tarutung. Sampai abad ke- 18, hampir seluruh
Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam
situasi merdeka dan damai di bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih
muda. Rakyat bertani dan beternak, berburu dan
g. Perang Aceh
Aceh memiliki kedudukan yang strategis. Aceh menjadi pusat perdagangan.
Daerahnya luas dan memiliki hasil penting seperti lada, hasil tambang, serta hasil hutan.
Karena itu dalam rangka mewujudkan Pax Neerlandica, Belanda sangat berambisi untuk
menguasai Aceh. Kita tahu sejak masa VOC, orangorang Belanda itu ingin menguasai
perdagangan di Aceh, begitu juga zaman pemerintahan Hindia Belanda. Tetapi di sisi lain
orang-orang Aceh dan para sultan yang pernah berkuasa tetap ingin mempertahankan
@2021, SMA NEGERI 7 KUPANG