Page 23 - Transformasi Melayu Islam di Kota Jambi Pada Masa Kolonial
P. 23

Pemerintahan Hindia Belanda Juga menjadikan Jambi kota sebagai pusat perekonomian

               dengan cara membangun bebrapa jaringan perekonomian di sekitar Pelabuhan Jambi, seperti


               kantor perwakilan, gudang penyimpanan, kantor Bank milik pemerintahan, sekolah rakyat,

               pasar serta pertokoan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan barang sekunder penduduk.

                       Meningkatkanya  intensitas  pelayaran  dan  perdagangan  yang  saat  itu  karet  sebagai


               komoditas ekspor telah menyebabkan pesatnya perkembangan ekonomi di Jambi kota. Hal ini

               mendorong Jambi kota menjadi pusat konsentrasi penduduk, sehingga daerah ini lebih lanjut


               maju dan berkembang serta mencirikan kehidupan perkotaan jika dibandingkan dengan Jambi

               seberang. Pemerintahan Hindia Belanda juga banyak membangun sarana dan fasilitas lainnya


               untuk mendukung perkembangan Jambi kota, seperti jalan raya, transportasi darat, pemukiman,

               bangunan sekolah, rumah sakit, kantor pos, dan lain-lain. Implikasinya Jambi seberang menjadi


               kurang diminati karena orientasi perkotaan lebih terpusat di Kota Jambi.

                       Dari segi Pendidikan, sesungguhnya pendidikan Islam di nusantara ataupun Melayu


               Jambi berlangsung di langgar-langgar dan dirumah- rumah. Pendidikan tersebut berlangsung

               dalam berbagai jenis dan bentuk. Pendidikan paling umum adalah pengajian Al Qur‘an untuk

               anak-anak. Bentuk pengajarannya dengan pengajian yang dilaksanakan dengan mengajarkan


               anak membaca dan memahami ayat al-Qur'an. Sistem pendidikan tersebut terus berlangsung

               sampai  bedirinya  madrasah  di Jambi.  Beberapa  madrasah  yang  dimaksud,  yaitu  Madrasah


               Nurul Iman (pimpinan Haji Ibrahim) di Kampung Tengah, Nurul Islam (pimpinan Haji Ahmad)

               di Tanjung Pasir, Sa‘adatud Daraian (pimpinan Haji Usman) di Takhtul Yaman, dan Djauharin


               (pimpinan Haji Majad) di Tanjung Johor.


                       Semua madrasah ini didirikan oleh Perukunan Tsamaratul Insan sejak tahun 1915- 1930

               an, sebenarnya lebih berbentuk pondok pesantren, yaitu suatu penggabungan anatara sekolah

               dengan pengajaran agama secara inklusif dalam kehidupan bersama antara guru dengan siswa


               (kyai dan santri) yang terletak di seberang kota Jambi. Adapun materi pelajaran yang diberikan

               ajaran tentang keislaman saja seperti tauhid, fiqh, dakwah, hadis, dan Al-Qur‘an.

        17 / Transformasi Melayu Islam di Kota Jambi Pada Masa Kolonial
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28